Museum Louvre di Prancis yang dirampok oleh pencuri. Foto: Anadolu
Paris: Direktur Louvre Laurence des Cars mengakui adanya kegagalan sistem keamanan dalam pencurian spektakuler perhiasan senilai EUR88 juta atau sekitar Rp1,6 triliun dari Museum Louvre di Prancis.
Dalam audiensi dengan komite Senat pada Rabu, 22 Oktober 2025, des Cars menyatakan, kamera pengawas gagal mendeteksi para pencuri yang masuk dengan derek dan melarikan diri dengan motor pada Minggu, 19 Oktober siang.
"Kami tidak mendeteksi kedatangan pencuri cukup awal," ujar des Cars, mengungkapkan bahwa kamera eksternal tidak mencakup seluruh fasad museum dan jendela lantai dua yang digunakan pencuri tidak terpantau CCTV, dikutip dari
Channel News Asia, Kamis, 23 Oktober 2025.
Ia mengaku telah berulang kali memperingatkan kondisi keamanan gedung bersejarah itu dalam keadaan kritis, dan "peringatan tersebut menjadi kenyataan yang mengerikan." Meski telah menawarkan pengunduran diri, menteri kebudayaan menolaknya.
Rentetan masalah keamanan Museum Prancis
Peristiwa ini memicu tinjauan keamanan nasional menyusul setidaknya empat
perampokan museum lain dalam dua bulan terakhir. Baru pada Selasa, 21 Oktober, jaksa menuntut seorang wanita kelahiran China atas pencurian enam butir emas senilai EUR1,5 juta dari Museum Sejarah Alam Paris bulan lalu. Polisi menangkapnya di Barcelona saat mencoba melebur emas curian.
Des Cars berjanji menerapkan langkah-langkah perbaikan segera, termasuk zona larangan parkir di sekitar Louvre, pembaruan jaringan CCTV, dan permintaan pos polisi di dalam museum.
Namun, pengakuan bahwa pencuri bisa leluasa masuk melalui jendela lantai dua di siang bolong saat museum sedang buka, mempermalukan pemerintah Prancis dan memicu pertanyaan tentang kemampuan melindungi warisan budaya nasional.
Kejadian ini menjadi pukulan berat bagi Prancis yang mengandalkan industri pariwisata budaya. Louvre sebagai museum paling dikunjungi di dunia, yang mencatat 8,9 juta pengunjung pada 2024 kini menghadapi krisis kepercayaan.
Menteri Kebudayaan Rachida Dati yang juga menjadi sasaran kritik, didesak mengambil tindakan sistematis untuk mengamankan museum-museum lain di Paris termasuk Orsay, Pompidou, dan Quai Branly.
(Muhammad Adyatma Damardjati)