Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Foto: Dokumen Kementerian Keuangan
Husen Miftahudin • 9 April 2025 10:06
Manila: Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) dalam laporan prakiraan terbarunya menyampaikan, perekonomian di kawasan Asia dan Pasifik akan tumbuh 4,9 persen tahun ini. Angka ini terpangkas dari 5,0 persen pada tahun lalu.
"Permintaan domestik yang solid dan permintaan global yang kuat untuk semikonduktor yang didorong oleh peningkatan kecerdasan buatan mendukung pertumbuhan, tetapi tarif dan ketidakpastian perdagangan menjadi kendala. Pertumbuhan regional diperkirakan akan turun lebih lanjut menjadi 4,7 persen tahun depan," demikian menurut Asian Development Outlook (ADO) April 2025 yang dirilis dan dikutip Rabu, 9 April 2025.
Sementara itu, ADB juga memperkirakan tingkat inflasi. Dalam ramalannya, inflasi kawasan Asia dan Pasifik diproyeksikan akan melandai menjadi 2,3 persen tahun ini dan 2,2 persen di tahun depan seiring terus menurunnya harga pangan dan energi global.
"Perkiraan pertumbuhan disusun sebelum pengumuman tarif baru oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS) pada 2 April, sehingga proyeksi dasar hanya mencerminkan tarif yang berlaku sebelumnya. Namun, ADO April 2025 menampilkan analisis tentang bagaimana tarif yang lebih tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan di Asia dan Pasifik," tulis laporan tersebut.
Laporan ini mencatat meskipun ekonomi di kawasan ini cukup tangguh, perubahan yang lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan dalam kebijakan perdagangan dan ekonomi AS menimbulkan risiko terhadap prospek. Seiring dengan kenaikan tarif AS, meningkatnya ketidakpastian kebijakan dan tindakan pembalasan dapat memperlambat perdagangan, investasi, dan pertumbuhan.
"Berbagai perekonomian di kawasan Asia dan Pasifik yang sedang berkembang ditopang oleh fundamental yang kuat, sehingga menjadi landasan bagi ketangguhan di tengah lingkungan global yang menantang ini," kata Kepala Ekonom ADB Albert Park menjelaskan.
"Kenaikan tarif, ketidakpastian tentang kebijakan AS, dan kemungkinan meningkatnya ketegangan geopolitik merupakan tantangan yang signifikan terhadap prospek ekonomi. Ekonomi di kawasan Asia harus mempertahankan komitmen mereka untuk membuka perdagangan dan investasi, yang telah mendukung pertumbuhan dan ketahanan kawasan ini," tambah dia.
Baca juga: Airlangga: Risiko Ketidakpastian Ekonomi Global di 2025 Cenderung Tinggi |