Evi Juliyanti, menjelajahi Canyoneering di Air Terjun Seulawah Agam, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Foto: Istimewa
Fajri Fatmawati • 15 November 2025 18:24
Aceh: Petualangan canyoneering di Air Terjun Seulawah Agam, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, tak hanya menawarkan adrenalin dari derasnya air terjun setinggi 24 meter. Lebih dari itu, aktivitas ini menjadi ruang berbagi cerita, saling menguatkan, sekaligus menemukan makna baru di tengah rimbunnya hutan Seulawah.
Hal itu yang dirasakan Evi Juliyanti, wisatawan asal Kabupaten Pidie. Perjalanan yang awalnya diniatkan sekadar menjajal pengalaman baru, justru berubah menjadi kisah penuh tawa, haru, dan keberanian.
Dengan biaya Rp370.000 per orang, peserta sudah mendapatkan fasilitas lengkap seperti tour leader, guide lokal, perlengkapan rappelling, logistik, snack, kopi hangat, flysheet, hingga, seperti yang tertulis di brosur, peluang mendapatkan jodoh jika beruntung. Paket lengkap, bukan?

Evi Juliyanti, menjelajahi Canyoneering di Air Terjun Seulawah Agam, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Foto: Istimewa
Perjalanan Dimulai: Trekking 1–2 Jam yang Penuh Cerita
Evi dan sahabatnya, Maisarah, berangkat dari Pidie pukul 06.00 WIB. Setelah tiba di titik parkir terakhir, perjalanan dilanjutkan dengan trekking menuju air terjun selama 1–2 jam. Sebelum mendaki, para pemandu memberikan pengarahan agar seluruh peserta tetap bersama kelompok, menjaga ritme, tidak membuang sampah, dan mematuhi aturan keselamatan.
Bagi Evi yang baru pertama kali mendaki sekaligus mencoba canyoneering, jalur menuju puncak terasa cukup menantang. Namun semuanya mencair ketika hutan Seulawah menyambut dengan udara sejuk dan pemandangan hijau yang menenangkan.
Perjalanan juga dihiasi momen lucu, terutama ketika seekor pacat sukses membuat heboh satu rombongan hingga pecah tawa.
Evi Juliyanti, menjelajahi Canyoneering di Air Terjun Seulawah Agam, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Foto: Istimewa
Suasana Hangat di Puncak
Setibanya di atas, terlihat air terjun megah setinggi 24 meter, arena utama petualangan hari itu. Sambil menunggu giliran turun dengan teknik rappelling, para peserta menikmati snack sembari berbincang.
Suasana menjadi lebih cair ketika salah satu peserta, Rizki Anwar, bercerita bahwa ia sudah berkeliling dunia—lengkap dengan gaya ramah yang membuat satu rombongan langsung klik.
Evi Juliyanti, menjelajahi Canyoneering di Air Terjun Seulawah Agam, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Foto: Istimewa
Di sela obrolan, banyak peserta (kebanyakan perempuan) berbagi cerita tentang kehidupan dan percintaan. Ada yang ditinggal menikah, ada yang tak mendapat restu keluarga, hingga yang sedang bangkit dari hubungan tidak sehat.
"Karena pertemuan ini singkat, cerita mengalir tanpa beban seakan hutan jadi saksi yang tidak akan membocorkan apa pun," kata Evi.
Momen Paling Menegangkan: Menuruni Tebing di Tengah Derasnya Air
Ketika giliran rappelling tiba, jantung semua peserta berdegup cepat. Helm dan harness terpasang, pemandu memberi instruksi singkat, dan satu per satu peserta menuruni tebing dalam hembusan air terjun.
“Momen itu sulit dilupakan. Guyuran air seakan menyapu kegelisahan yang selama ini tersimpan,” ujar Evi.
Sesampainya di bawah, tubuh basah dan kaki gemetar langsung disambut kopi hangat. Rasanya seperti hadiah manis setelah mengalahkan rasa takut sendiri.
Evi Juliyanti, menjelajahi Canyoneering di Air Terjun Seulawah Agam, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Foto: Istimewa
Bagi Evi, petualangan ini lebih dari sekadar olahraga ekstrem. Ada keberanian yang ditempa, kehangatan pertemanan yang tercipta, dan makna yang ditemukan di antara suara deras air dan heningnya hutan Aceh.
“Canyoneering Seulawah Agam membuktikan bahwa alam selalu punya cara mengajarkan banyak hal,” tuturnya.