Shell. Foto: Unsplash.
Brussels: Dua raksasa energi Eropa, Total Energies dari Prancis dan Shell dari Inggris, sedang mempertimbangkan untuk memindahkan pencatatan saham mereka ke bursa saham Amerika Serikat (AS) di New York.
Hal ini karena tekanan yang meningkat bagi mereka untuk meningkatkan valuasinya, dibandingkan dengan rekan-rekannya di Amerika Serikat. Upaya mengalihkan listing ke AS akan menjadi pukulan bagi bursa Eropa, karena mereka merupakan salah satu perusahaan tercatat terbesar.
Di masa lalu, hampir tidak terpikirkan bagi Total Energies, salah satu perusahaan paling terkemuka di Prancis, untuk mempertimbangkan memindahkan pencatatan saham utamanya dari Paris. Namun CEO Total Energies, Patrick Pouyanne, membahas pertimbangan peralihan itu kepada sejumlah analis baru-baru ini.
"Kami semua sepakat harus mempertimbangkannya dengan serius.” jelas dia dikutip dari
Business Times, Rabu, 8 Mei 2024.
Sementara itu, CEO Shell Wael Sawan mengatakan akan mempertimbangkan langkah serupa. Namun peralihan tersebut belum bisa dilakukan dalam waktu dekat.
Shell baru-baru ini memindahkan kantor pusatnya dari Den Haag di Belanda ke London, yang merupakan perusahaan tercatat terbesar berdasarkan nilai pasar.
AS telah menjadi produsen minyak dan eksportir gas alam cair terkemuka di dunia. Sebaliknya, produksi minyak bumi di Eropa sedang mengalami penurunan, dan banyak negara di Eropa yang skeptis terhadap industri minyak dan gas, yang tetap penting bagi pasokan energi global meskipun ada kekhawatiran terhadap perubahan iklim.
Undang-Undang Pengurangan Inflasi yang dikeluarkan pemerintahan Biden juga dapat memberikan keuntungan bagi AS dalam teknologi energi yang lebih ramah lingkungan, termasuk hidrogen dan kendaraan listrik.
Perbedaan valuasi Eropa dan AS
Faktor utama yang membuat perusahaan-perusahaan ini gelisah adalah perbedaan besar value saham yang dibayar investor untuk perusahaan energi raksasa yang berbasis di AS dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang listing di Eropa.
Menurut Studi Terbaru yang dilakukan oleh seorang analis di bank investasi Jeffery Giacomo Romeo ada dua perusahaan energi terbesar AS, ExxonMobil dan Chevron, menikmati rasio harga saham terhadap pendapatan, sebuah matrik penilaian, yang setidaknya sepertiga lebih tinggi dibandingkan pesaingnya di Eropa.
"Perdebatan mengenai pencatatan saham di New York “menjadi topik utama di kalangan investor," katanya.
Valuasi saham yang lebih rendah menempatkan perusahaan-perusahaan tersebut pada posisi yang tidak menguntungkan untuk mengejar konsolidasi industri.
Perusahaan-perusahaan Eropa telah melihat langkah-langkah seperti pencatatan saham di AS sebagai cara potensial untuk meningkatkan penilaian mereka dan menutup kesenjangan dengan para pesaingnya.
Pouyanne, misalnya, menyatakan jumlah pemegang saham Total Energies di Amerika Utara terus bertambah, namun investor besar menghadapi kendala dalam berinvestasi di saham perusahaan Prancis tersebut, termasuk perbedaan waktu dengan pasar Eropa dan fluktuasi nilai tukar mata uang asing.
Penolakan dari Pemerintah Perancis
Sementara itu, Menteri Keuangan Perancis Bruno Le Maire telah berjanji untuk melawan langkah Total Energies. “Saya di sini untuk memastikan hal itu tidak terjadi,” katanya.
Total Energies merupakan pemasok energi utama dalam negeri dan investor besar di luar negeri, dan memimpin transisi Perancis menuju energi rendah karbon melalui investasi pada tenaga surya dan angin serta teknologi ramah lingkungan lainnya.
Shell telah mengalami serangkaian kemunduran di Eropa dalam beberapa tahun terakhir, termasuk keputusan pengadilan yang menyatakan mereka perlu mempercepat upaya perubahan iklim.
Investor juga mempertanyakan peran Bursa Efek London untuk menjadi tempat yang tepat bagi perusahaan besar seperti Shell, yang memiliki nilai pasar sekitar USD232 miliar.