Ilustrasi. Medcom.id.
Media Indonesia • 6 November 2023 17:47
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat waspada terhadap berbagai potensi bencana. Sebab, saat ini sudah memasuki musim pancaroba.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menerangkan pada November ini sudah mulai transisi dari musim kering ke musim hujan. Musim transisi ini normalnya dari Bulan September hingga November, tetapi tahun ini agak tertunda karena pengaruh El Nino.
"Kondisi paling signifikan dalam 1 minggu terakhir adalah hujan yang mengguyur hampir seluruh Pulau Jawa secara bervariasi setelah lebih dari 90 hari tanpa hujan," kata Muhari, saat dihubungi, Senin, 6 November 2024.
Ia menerangkan pada kawasan perkotaan, periksa dan pastikan pemeliharaan drainase primer, sekunder, dan tersier, dilakukan untuk mengantisipasi potensi banjir atau genangan. Baik akibat debit air kiriman maupun hujan ekstrem di tingkat lokal.
Masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan seperti di Jawa bagian tengah ke selatan juga diminta mewaspadai retakan-retakan akibat tanah kering saat kemarau. Jika diguyur hujan, sangat rentan terjadi longsor.
"Dalam dua hari terakhir laporan kejadian longsor cukup signifikan," ujar dia.
Kemudian, warga yang tinggal di kawasan gunung api harus waspada bajir lahar dingin. Khususnya, jika terjadi hujan intensitas tinggi di daerah puncak. Masyarakat agar mengaktifkan kembali sistem peringatan dini berbasis komunitas.
"Terakhir bagi pengendara motor, selalu siapkan jas hujan, dan jangan berhenti di bawah jembatan ketika turun hujan karena di samping akan menimbulkan kemacetan, juga hal tersebut berbahaya bagi keselamatan," jelas dia.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga mengingatkan seluruh masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di masa peralihan atau pancaroba, dari musim kemarau ke musim hujan.
"Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan. Mulai dari hujan lebat disertai petir dan angin kencang serta hujan es," ungkap Dwikorita.
Dwikorita mengatakan arah angin bertiup sangat bervariasi, sehingga mengakibatkan kondisi cuaca bisa dengan tiba-tiba berubah dari panas ke hujan, atau sebaliknya. Namun, secara umum cuaca di pagi hari cerah, kemudian siang hari mulai tumbuh awan, dan hujan menjelang sore hari atau malam.
Awan cumulonimbus biasanya tumbuh saat pagi menjelang siang, bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abu dengan tepian yang jelas. Namun, menjelang sore hari, awan ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir dan angin.
"Curah hujan dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan yang rawan longsor, kami mengimbau untuk waspada dan berhati-hati," papar Dwikorita.