Jepang. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 6 September 2023 12:07
Tokyo: Pembuat Kebijakan Bank Sentral Jepang Hajime Takata menekankan perlunya mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgar untuk saat ini. Hal ini karena melambatnya pertumbuhan global meningkatkan ketidakpastian apakah Jepang dapat secara berkelanjutan mencapai target inflasi dua persen.
Namun dia juga mengatakan ada tanda-tanda perubahan dalam harga barang dan perilaku penetapan upah yang mendorong kenaikan harga barang tetapi juga harga jasa, yang menunjukkan semakin besarnya tekanan inflasi.
Meskipun inflasi saat ini sebagian besar didorong oleh biaya impor yang lebih tinggi, kenaikan harga mendorong banyak perusahaan untuk menaikkan gaji sebagai kompensasi bagi karyawan atas kenaikan biaya hidup. Dia pun yakin kenaikan upah tersebut dapat berlanjut hingga tahun depan.
"Secara pribadi, saya yakin perekonomian Jepang akhirnya menunjukkan tanda-tanda awal pencapaian target inflasi BOJ sebesar dua persen," kata Takata, dilansir Channel News Asia, Rabu, 6 September 2023.
"Kita perlu dengan sabar mempertahankan stimulus moneter besar-besaran yang ada saat ini. Pada saat yang sama, kita perlu merespons dengan cepat terhadap ketidakpastian karena kita melihat tanda-tanda awal munculnya siklus positif antara upah dan inflasi," tambah dia.
Pernyataan tersebut menyusul pernyataan dua anggota dewan BOJ lainnya, yang memberikan pandangan berbeda mengenai seberapa cepat bank sentral harus mempertimbangkan untuk mengurangi stimulus radikalnya.
Dengan inflasi yang melebihi target BOJ sebesar dua persen selama lebih dari setahun, pelaku pasar dipenuhi dengan spekulasi bank sentral akan segera menghentikan program stimulus radikal yang diterapkan oleh mantan Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Kuroda.