Kapal Induk Tiongkok lakukan pelayaran di perairan lepas. Foto: Xinhua
Muhammad Reyhansyah • 8 December 2025 15:47
Tokyo: Kelompok kapal induk Tiongkok yang berlayar dekat Jepang terus melakukan operasi udara intensif pada Minggu, 7 Desember 2025, saat gugus tersebut bergerak ke Samudra Pasifik di sebelah timur Kepulauan Okinawa, menurut keterangan Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF) pada Senin, 8 Desember 2025.
Latihan angkatan laut tersebut berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara dan memicu gelombang protes diplomatik, setelah Tokyo menuduh Beijing melakukan tindakan berbahaya. Pemerintah Jepang menyatakan pesawat tempur dari kapal induk Liaoning menyorotkan pancaran radar ke arah jet Jepang yang dikerahkan untuk membayangi pergerakan armada tersebut.
Menyorotkan pesawat dengan radar serang dianggap sebagai indikasi ancaman yang dapat memaksa pesawat sasaran melakukan manuver menghindar. Menurut JSDF, pesawat di kapal induk tersebut melakukan sekitar 100 kali lepas landas dan pendaratan sepanjang akhir pekan.
Pada Minggu, Jepang memanggil Duta Besar Tiongkok, Wu Jianghao, untuk menyampaikan protes resmi atas tindakan yang dinilai “berbahaya” dan “disayangkan” oleh Tokyo.
“Jepang akan merespons dengan tenang namun tegas dan akan terus memantau pergerakan pasukan Tiongkok di perairan sekitar negara kami,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Minoru Kihara dalam jumpa pers reguler yang dikutip AsiaOne, Senin, 8 Desember 2025.
Dalam pernyataan terpisah, Kedutaan Besar Tiongkok membantah tuduhan Tokyo dan menuduh pesawat Jepang membahayakan keselamatan penerbangan dengan terbang terlalu dekat ketika kapal induk tersebut berlatih bersama tiga kapal perusak pengawal.
“Tiongkok menuntut agar Jepang berhenti memfitnah dan mencemarkan nama baik, menahan tindakan di garis depan secara ketat, dan mencegah insiden serupa terulang kembali,” demikian pernyataan tersebut.
Kihara menolak klaim bahwa pesawat Jepang membahayakan operasi penerbangan Tiongkok.
Insiden tersebut menjadi salah satu konfrontasi militer paling serius antara kedua negara dalam beberapa tahun terakhir dan berpotensi memperburuk hubungan yang sudah tegang setelah Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi memperingatkan bahwa Tokyo dapat mengambil tindakan jika ada aksi Tiongkok terhadap Taiwan yang mengancam keamanan Jepang.