Reza Indragiri Sebut Pemerintah Tutup Mata Terhadap Derita Psikologis Anak-Anak Rempang

Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menyebut ruang aman mustahil tercipta jika penegakan hukum hanya dibebankan ke otoritas penegak hukum. Metro TV

Reza Indragiri Sebut Pemerintah Tutup Mata Terhadap Derita Psikologis Anak-Anak Rempang

23 September 2023 13:10

Jakarta: Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel mengamini pernyataan Komnas HAM perihal masalah yang diderita anak-anak di Rempang, Kepulauan Riau. Komnas HAM menyebut anak-anak di Rempang sebagai kelompok rentan. 

"Masalah kejiwaan dan perilaku yang dialami anak, dinilai Komnas HAM diakibatkan oleh kekerasan. Komnas HAM betul. Tapi derita psikologis juga sangat mungkin disebabkan oleh pemindahan itu sendiri. Apalagi karena sejak awal anak-anak melihat bahwa ini adalah pemaksaan relokasi," papar Reza dalam keterangannya diterima di Jakarta, Sabtu, 23 September 2023.

Reza menilai pemerintah tutup mata terhadap risiko yang diterima anak-anak. Terbukti, kata dia, Pemerintah hanya mengutus Menteri Investasi Bahlil Lahadaila untuk meneduhkan suasana. Menteri Bahlil, menurut dia, tentu cuma fokus pada sisi investasi.

"Menyedihkan," sebut dia. 

Reza menerangakn menteri yang berurusan dengan anak-anak, antara lain Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA) Bintang Puspayoga, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makariem, dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy, tidak diperintahkan menemui warga Melayu Rempang. Menurut dia, hal itu adalah potret Pemerintah tidak cukup ngeh bahwa anak-anak Rempang berhadapan dengan risiko trauma, depresi, kegagalan akademis, kendala bersosialisasi, dan konsekuensi buruk jangka panjang lainnya akibat dipaksa angkat kaki dari kampung halaman mereka.

"Penderitaan berganda dapat dialami oleh anak-anak yang orangtua mereka berurusan dengan otoritas penegakan hukum," ungkap dia.

Perbuatan para lelaki dewasa itu, kata dia, pada merupakan satu-satunya cara yang tersisa dari masyarakat asli untuk mempertahankan tanah negeri dan harga diri mereka. Juga luapan perasaan putus asa karena DPR dan DPRD tak bersuara menjaga masyarakat yang mereka wakili.

"Lelaki dewasa Rempang itu bukan penjarah, penikmat huru-hara, atau penjahat yang mencari keuntungan instrumental rendahan," jelas Reza.

Dalam kemelut itu, kata dia, anak-anak menyaksikan bagaimana penguasa memaksa ayah mereka untuk setengah telanjang, berjongkok, lalu diarak, dan bentuk-bentuk penanganan intimidatif bahkan nirmanusiawi lainnya. Visual sedemikian rupa, menurut Reza, melukai batin, dan tak mungkin anak-anak Rempang tenang-tenang saja melihat kehina-dinaan ditimpakan ke ayah mereka.

"Satu lagi, risau saya menyimak bahwa pusat judi pun dikabarkan akan dibangun di Rempang. Entah betul entah tidak, tapi mana kementerian dan lembaga negara yang berpikir sampai ke sana?," tanya dia. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Lukman Diah Sari)