Tiongkok Longgarkan Aturan Perusahaan Investasi Beli Saham

Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.

Tiongkok Longgarkan Aturan Perusahaan Investasi Beli Saham

Arif Wicaksono • 12 September 2023 15:26

Beijing: Regulator keuangan Tiongkok \mengurangi bobot risiko yang melekat pada kepemilikan saham blue-chip dan saham teknologi oleh perusahaan asuransi. Hal ini akan mendorong mereka untuk berinvestasi lebih banyak di pasar saham yang tertinggal di negara tersebut.

Melansir Channel News Asia, Selasa, 12 September 2023, Administrasi Regulasi Keuangan Nasional (NAFR) Tiongkok mengatakan di situsnya bobot risiko untuk konstituen Indeks CSI300 akan dikurangi menjadi 0,3 dari 0,35. Sedangkan untuk saham yang terdaftar di Pasar STAR yang berfokus pada teknologi di Shanghai akan dipotong menjadi 0,4, dari 0,45.

Bobot risiko yang lebih rendah memberikan lebih banyak modal bagi perusahaan asuransi untuk berinvestasi.

Selain itu, badan pengawas tersebut mengurangi bobot risiko yang diberikan pada investasi di Real Estate Investment Trusts (REITs), yang di Tiongkok menyalurkan dana terutama untuk proyek-proyek infrastruktur.

Hal ini juga menetapkan bobot risiko yang relatif rendah untuk investasi ekuitas swasta di sektor-sektor strategis dan berkembang di Tiongkok.

Tiongkok telah meluncurkan serangkaian langkah untuk meningkatkan kepercayaan investor dan menghidupkan kembali pasar sahamnya. Hal ini termasuk mengurangi separuh bea materai pada perdagangan saham dan memperlambat laju penawaran umum perdana (IPO).

Pangkas target harga

Sebelumnya, Morgan Stanley memangkas target harga untuk MSCI China, seminggu setelah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk Tiongkok pada tahun ini setelah data mengecewakan dari ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Morgan Stanley mengatakan target Juni 2024 untuk MSCI Tiongkok sekarang adalah 60, turun dari 70. MSCI Tiongkok ditutup pada 59,072 pada Kamis dan turun sekitar delapan persen tahun ini.

Pialang tersebut mengatakan mereka memperkirakan pola pendapatan yang tidak sesuai dengan konsensus akan terus berlanjut dalam lingkungan ekonomi makro yang mengalami deflasi saat ini.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)