Menteri ESDM Beberkan Upaya Subsektor Migas Dukung Transisi Energi

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif. Foto: Dokumen Kementerian ESDM

Menteri ESDM Beberkan Upaya Subsektor Migas Dukung Transisi Energi

Annisa ayu artanti • 25 July 2023 13:39

Tangerang: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan di era transisi energi, subsektor minyak dan gas bumi (migas) masih memegang peranan penting dalam menyediakan kebutuhan energi global. Hal itu mengingat pada peningkatan produksi dan konsumsi migas global dalam 10 tahun terakhir.
 
Arifin menyampaikan, produksi minyak meningkat dari 88,6 juta barel per hari pada 2012 menjadi 93,8 juta barel per hari pada 2022. Sedangkan konsumsi minyak meningkat dari 89,1 juta barel per hari pada 2012 menjadi 97,3 juta barel per hari pada 2022. Adapun produksi gas juga meningkat 20 persen dalam 10 tahun terakhir dan laju pertumbuhan konsumsi gas sebesar 1,7 persen per tahun.
 
"Hal ini menunjukkan di era transisi energi saat ini, minyak dan gas bumi masih berperan penting dalam menyediakan kebutuhan energi global yang terjangkau dan dapat diandalkan khususnya di sektor transportasi dan industri seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi yang meningkat terutama di negara-negara berkembang," ujar Arifin pada Opening Ceremony Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex) ke-47, di Serpong, Selasa, 25 Juni 2023.
 
Arifin menyampaikan ketahanan energi membutuhkan energi yang lebih aman yang berkelanjutan, yang tidak terlalu terpengaruh oleh guncangan dan ketidakpastian, serta rendah emisi karbon, tidak hanya tentang mengamankan pasokan energi dengan harga yang terjangkau.
 
"Industri minyak dan gas tengah menghadapi tekanan yang tinggi untuk mengklarifikasi implikasi transisi energi bagi operasi dan model bisnisnya, serta untuk menjelaskan kontribusi yang dapat diberikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK)," ujarnya.
 
Menurutnya, untuk memenuhi permintaan energi yang meningkat sembari menurunkan emisi global adalah tantangan yang cukup berat. Maka perlu dilakukan upaya penurunan emisi global di sektor migas, salah satunya adalah menurunkan emisi GRK pada tahap operasional melalui efisiensi energi, pengurangan suar, dan mengelola emisi metana, serta menjalankan operasional menggunakan sumber energi terbarukan maupun yang rendah karbon.
 
"Selain itu, dapat pula dilakukan pengurangan emisi melalui peningkatan penggunaan gas bumi, peningkatan efisiensi sistem bahan bakar mesin, dan mengembangkan teknologi rendah karbon, seperti kendaraan listrik, biofuel, gas alam cair, amonia, dan fuel-cell hidrogen. Dengan emisi yang lebih rendah daripada bahan bakar fosil lainnya dan sumber energi yang dapat dialihkan, gas alam akan menjadi elemen penting dalam transisi energi," jelasnya.
 
Diperlukan pula pengembangan hidrogen rendah karbon yang dapat mendukung industri hard-to-abate, seperti industri dan transportasi berat. Selain itu, perlu dilakukan implementasi Carbon Capture Storage (CCS) and Carbon Capture, Utilisation, and Storage (CCUS). Pemerintah Indonesia telah menerbitkan regulasi terkait pelaksanaan CCS/CCUS pada Kegiatan Usaha Hulu Migas.
 
"Peraturan tersebut mencerminkan pengakuan Pemerintah Indonesia terhadap teknologi CCS dan CCUS sebagai cara yang menjanjikan untuk mengurangi emisi karbon guna mencapai target Net Zero Emission pada 2060 ,sekaligus meningkatkan produksi minyak dan gas Indonesia menjadi satu miliar barel minyak dan 12 miliar kaki kubik gas per hari pada 2030," tuturnya. 
 
Adapun saat ini telah terdapat 15 proyek CCS/CCUS dalam berbagai tahapan, misalnya Gundih CCUS/Enhanced Gas Recovery (EGR) di Jawa Tengah, dan Sukowati CCUS/Enhanced Oil Recovery (EOR) di Jawa Timur.
 
"Proyek yang akan segera dilaksanakan adalah Tangguh CCUS/Enhanced Gas Recovery yang akan mengurangi 25 juta ton CO2 dan meningkatkan produksi gas hingga 300 BSCF pada 2035. Proyek ini ditargetkan on stream pada  2026," ujarnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)