Rektor IPB Prof Arif Satria dan Founder ESQ Ary Ginanjar Agustian dalam acara Pencanangan IPB sebagai Kampus Negeri Pertama di Indonesia yang menerapkan Sistem AI Talent Management ESQ pada Stakeholder Forum
8 November 2024 18:45
Tangerang: Penerapan sistem manajemen talenta berbasis AI di perguruan tinggi dinilai langkah yang relevan di era transformasi digital. Dengan platform AI Talent Management, bisa diperoleh gambaran lebih jelas tentang potensi mahasiswa, termasuk kelebihan dan kelemahannya.
Hal itu diungakapkan Rektor IPB University Arif Satria saat acara pencanangan IPB sebagai kampus negeri pertama di Indonesia yang menerapkan sistem AI Talent Management ESQ pada Stakeholder Forum.
"Tahun ini adalah momentum yang sangat tepat untuk pengembangan kemahasiswaan, dosen, maupun tenaga kependidikan. Dengan platform AI Talent Management, kita bisa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang potensi mahasiswa, termasuk kelebihan dan kelemahannya," kata Arif.
Data yang dihasilkan oleh sistem AI ini bukan hanya untuk kebutuhan internal kampus, tetapi juga memiliki manfaat strategis bagi industri dan mitra eksternal. Menurut Arif, data presisi ini dapat menjadi dasar dalam, pemberian beasiswa, proses early recruitment perusahaan serta penentuan arah pengembangan karier di masa depan.
"Dengan tools berbasis AI ini, kita bisa mengembangkan talenta secara lebih baik dan presisi, sesuai dengan kebutuhan organisasi dan tantangan zaman," katanya.
Founder ESQ Corp Ary Ginanjar Agustian menyoroti pentingnya langkah ini dengan mengutip pandangan Klaus Schwab, pendiri World Economic Forum. Schwab memprediksi dunia akan bergeser dari era kapitalisme menuju era Talentisme di tahun 2030, di mana kekuatan organisasi akan bertumpu pada potensi dan karakter alami manusia, bukan lagi modal.
Ary menekankan bahwa organisasi harus memiliki kemampuan untuk mengenali, membaca, dan menempatkan talenta alami manusia secara real time, presisi, dan masif.
Ia juga menyoroti fakta ketidaksesuaian talenta yang berdampak besar. 74% organisasi merekrut orang yang salah, 92% siswa SMA bingung memilih jurusan, dua dari tiga karyawan resign dalam enam bulan pertama karena merasa tidak cocok.
"Kesalahan penempatan ini berpotensi menimbulkan kerugian finansial hingga Rp380 juta per orang bagi perusahaan," kata Ary.
Melalui sistem TalentDNA-ESQ, proses pemetaan potensi dan arah karier dapat dilakukan secara cepat, akurat, dan masif. Hal ini memungkinkan mahasiswa IPB untuk mengenali keunggulan dirinya dan menentukan langkah karier yang lebih presisi, sekaligus membantu industri mendapatkan talenta yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan.
Acara peresmian ini ditutup dengan penyerahan sertifikat penghargaan dari Ary Ginanjar Agustian kepada IPB atas implementasi manajemen talenta berbasis AI sebagai yang pertama di kalangan kampus negeri.