Tahun Politik, UMKM di Bandung dan Cimahi Paceklik

Yayat Hidayat, 73, pelaku UMKM keripik pedas di kawasan Pojok, Kota Cimahi. Metrotvnews.com/ Roni Kurniawan

Tahun Politik, UMKM di Bandung dan Cimahi Paceklik

Roni Kurniawan • 2 November 2024 11:21

Bandung: Para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kota Bandung dan Cimahi mengalami paceklik pada tahun politik di 2024. Mereka sepi orderan dan pembeli dibandingkan sebelum memasuki tahun politik.

Salah satunya Robi, 35, pelaku pengrajun sepatu di Cibaduyut, Kota Bandung, yang mengalami penurunan pesanan sejak awal tahun 2024 atau memasuki musim Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) kemarin. Dalam sepekan biasanya Robi menerima pesanan hingga ratusan pasang sepatu, namun kini pesanan tersebut turun drastis.

"Bisa nyampe ratusan kalau pas tahun-tahun kemarin mah, tapi tahun ini mah menurun. Tahun poliik juga kan sekarang, mungkin faktornya itu, enggak tahu (pembeli) pada kemana," kata Robi saat ditemui rumah produksi sepatu kawasan Cibaduyut, Kota Bandung, Sabtu, 2 Novembet 2024.
 

Baca: Mendag Bantah Permendag 8/2024 Jadi Penyebab Tekstil Merugi
 

Ia mengatakan orang yang biasa ikut bekerja ditempatnya pun saat ini berkurang, dari sekitar 10 orang lebih dan kini tinggal hanya dua orang. Hal itu diakuinya karena berkurang pesanan sepatu, sehingga terpaksa mengurangi jumlah pekerja yang merupakan warga sekitar.

"Ya itu mah resiko, yang ikut kerja disini juga sudah pada paham. Tapi kalai pesanan rame lagi, kita panggil lagi mereka. Karena rata-rata yang bantuin ikut kerja disini, orang-orang sini," ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Yayat Hidayat, 73, salah satu pelaku UMKM keripik pedas di kawasan Pojok, Kota Cimahi. Bahkan Yayat bersama beberapa orang pegawainyang biasa sibuk di pagi hari, saat ini terlihat senggang.

Yayat menuturkan, minimnya pembeli serta pesanan terjadi sejak awal tahun. Yayat pun mencoba berkomunikasi dengan para pelaku UMKM lainnya yang memiliki nasib serupa dalam dunia usahanya tersebut.

"Jadi bukan hanya disini saja, beberapa tempat juga saya sempat ngobrol, sama emang lagi turun tahun ini teh," ujar Yayat. 

Yayat bercerita jika dulu usahanya terus memproduksi keripik pedas dan beroperasional penuh dalam sepekan karena banyaknya pembeli dan pesanan. Akan tetapi, saat ini ia hanya memproduksi tiga atau empat hari dalam sepekan karena minimnya pembeli dan pesanan.

"Dulu mah mau libur sehari aja susah, karena tiap hari produksi banyak yang pesan. Sekarang mah paling produksi empat hari, sisanya libur," cetus Yayat.

Hal itu pun diakui Yayat sangat berdampak secara signifikan untuk penghasilannya. Bahkan jumlah pekerja pun saat ini berkurang, yang awalnya bisa lebih dari 100 orang, kini hanya puluhan orang yang ikut bekerja.

"Dulu mah rata-rata semua warga disini ikut kerja, bungkusin keripik pada dibawa ke rumah, yang masak juga banyak. Kalau total dulu lebih dari 100 orang ikut kerja dan rata-rata warga disini semua," ungkapnya.

Terlebih saat ini, Yayat pun harus memutar otak karena kenaikan harga bahan baku, seperti singkong serta minyak goreng. Ia berharap, kondisi ini segera berakhir yang diklaimnya merupakan dampak dari tahun politik.

"Iya kayanya sekarang kan tahun politik, karena kerasa pisan dari awal tahun sepi yang beli sama yang pesen. Mudah-mudahan beres tahun politik kembali normal," tandasnya.

 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Deny Irwanto)