Dhaka: Sebuah kelompok besar demonstran merusak dan membakar kediaman pendiri Bangladesh, Sheikh Mujibur Rahman, di Dhaka, saat putrinya, Sheikh Hasina, menyampaikan pidato langsung secara daring, pada Kamis 6 Februari 2025. Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan politik di negara tersebut, dengan ribuan orang berkumpul untuk aksi protes besar di depan rumah bersejarah itu.
Kediaman yang kini berfungsi sebagai museum ini diserang oleh ribuan massa yang sebelumnya berkumpul setelah adanya seruan di media sosial untuk menggelar “Prosesi Buldozer.”
Dalam video yang beredar luas, termasuk yang dibagikan oleh ANI, tampak kerumunan besar berkumpul di luar rumah yang bersejarah tersebut. Insiden ini terjadi saat Sheikh Hasina, mantan Perdana Menteri Bangladesh yang kini berada di luar negeri, menyampaikan pidato daringnya pada pukul 21.00 waktu setempat.
Melansir dari Hindustan Times, Kamis 6 Februari 2025, massa mulai berdatangan sejak sore hari untuk memprotes pemerintahan baru yang dipimpin oleh Muhammad Yunus, seorang penerima Nobel yang naik ke tampuk kekuasaan melalui gerakan mahasiswa Anti-Diskriminasi.
Sheikh Hasina serukan perlawanan
Sheikh Hasina, yang meninggalkan Bangladesh pada 5 Agustus setelah pemerintahannya runtuh, menggunakan pidatonya untuk menyerukan perlawanan terhadap rezim yang berkuasa saat ini.
“Mereka belum memiliki kekuatan untuk menghancurkan bendera nasional, konstitusi, dan kemerdekaan yang kita raih dengan pengorbanan jutaan martir hanya dengan sebuah buldozer,” ujar Hasina, merujuk pada pemerintahan baru yang dipimpin oleh Muhammad Yunus.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa meskipun sebuah bangunan bisa dihancurkan, sejarah tetap akan berdiri kokoh. “Mereka bisa menghancurkan sebuah rumah, tapi tidak sejarah dan mereka harus ingat bahwa sejarah memiliki caranya sendiri untuk membalas,” tambah Hasina.
Kediaman Sheikh Mujib
Rumah Sheikh Mujibur Rahman bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga simbol perjuangan kemerdekaan Bangladesh. Dari rumah inilah, Sheikh Mujib selama bertahun-tahun memimpin gerakan otonomi sebelum Bangladesh merdeka dari Pakistan pada tahun 1971.
Di bawah pemerintahan Awami League, rumah ini kemudian diubah menjadi Bangabandhu Memorial Museum, yang menjadi tujuan kunjungan para kepala negara dan pejabat tinggi asing sebagai bagian dari protokol resmi.
Sheikh Hasina mengungkapkan bahwa ia dan satu-satunya saudara kandung yang masih hidup telah menyerahkan rumah leluhur mereka kepada sebuah yayasan, menjadikannya sebagai aset publik.
“Museum ini bukan hanya sebuah bangunan, tetapi simbol perjuangan dan identitas nasional kita,” ujarnya.
Insiden pembakaran kediaman Sheikh Mujibur Rahman menandai eskalasi ketegangan politik di Bangladesh, di tengah persaingan sengit antara pendukung Hasina dan pemerintahan baru yang kini berkuasa.
(Muhammad Reyhansyah)