Pakistan akan balas serangan India di pangkalan udara. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 10 May 2025 09:38
Islamabad: Pemerintah Pakistan mengumumkan telah meluncurkan operasi militer balasan terhadap India pada Sabtu 10 Mei 2025, menyusul tuduhan bahwa New Delhi melancarkan serangan misil terhadap tiga pangkalan udara Pakistan, termasuk satu yang terletak dekat ibu kota Islamabad.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi pemerintah, militer Pakistan menyebut operasi itu sebagai "Bunyan-un-Marsoos", yang berarti “tembok yang diperkuat dengan timah”. Serangan balasan disebut menyasar gudang misil India serta dua pangkalan udara di Pathankot dan Udhampur.
“Ini adalah provokasi tingkat tertinggi,” ujar juru bicara militer Mayor Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry dalam siaran langsung tengah malam, seperti dikutip Channel News Asia, Sabtu 10 Mei 2025.
Ia menambahkan bahwa sebagian besar misil India berhasil dihadang dan “tidak ada aset udara yang rusak”.
Ketegangan memuncak sejak Rabu lalu, saat India melancarkan serangan udara ke wilayah Pakistan yang diklaim sebagai lokasi kelompok teroris, sebagai tanggapan atas serangan maut terhadap 26 wisatawan di wilayah Kashmir yang dikuasai India.
India menyalahkan kelompok Lashkar-e-Taiba, yang berbasis di Pakistan dan terdaftar sebagai organisasi teroris oleh PBB. Pakistan membantah keterlibatan dan menyerukan investigasi independen.
Militer India menuding Pakistan membalas dengan serangan drone dan artileri di sepanjang Line of Control (LoC) di wilayah Kashmir. New Delhi menyatakan telah "memukul mundur" serangan tersebut dan memberikan "balasan yang setimpal".
Namun Pakistan membantah tuduhan tersebut dan justru mengklaim bahwa India menyerang wilayahnya sendiri di Amritsar, tanpa memberikan bukti.
Hingga kini, lebih dari 50 warga sipil dilaporkan tewas, sebagian besar di Pakistan. Di Rawalpindi, pangkalan udara Nur Khan, yang berjarak sekitar 10 km dari Islamabad dan biasa digunakan untuk menerima tamu kenegaraan, menjadi salah satu sasaran.
Ledakan terdengar di ibu kota beberapa jam setelah menteri luar negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, meninggalkan lokasi tersebut.