Kepala BBMKG Wilayah II Hartanto (kiri), Kepala Dinas Kelautan Kabupaten Cilacap Indarto (Tengah), dan Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Bagus Pramujo (kanan) memberi keterangan pers terkait dengan SLCN Tahun 2025 di Pendopo Wijayakus
Silvana Febiari • 18 November 2025 20:20
Cilacap: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) di Cilacap. Kegiatan ini dilalakukan untuk meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan nelayan terhadap dinamika cuaca yang kian tidak menentu akibat perubahan iklim yang memicu risiko kecelakaan laut.
Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah II Hartanto mengatakan kegiatan tersebut bertujuan membekali nelayan dengan kemampuan membaca informasi cuaca, memahami peringatan dini, serta menentukan keputusan melaut yang aman.
“Perubahan iklim memicu banyak ketidakpastian cuaca, sehingga nelayan harus memahami kapan kondisi aman dan kapan harus menunda keberangkatan,” katanya dikutip dari Antara, Selasa, 18 November 2025.
Ia mengatakan sekolah lapang juga menjadi langkah antisipasi untuk menekan potensi kecelakaan di wilayah perairan Cilacap yang kerap dipengaruhi gelombang tinggi dan angin kencang. Materi yang diberikan di antaranya cara membaca prakiraan cuaca, memahami peringatan dini, serta mengenali indikator risiko sebelum melaut.
Salah satu persoalan di lapangan yakni masih adanya nelayan yang tetap berangkat meski sudah ada peringatan cuaca buruk. Apalagi, seluruh wilayah
Jawa Tengah kini memasuki musim hujan dengan potensi peningkatan curah hujan pada Januari–Februari, sehingga kondisi tersebut dapat memicu gelombang tinggi di selatan Jawa serta potensi bencana hidrometeorologi di daratan.
Hartanto mengimbau masyarakat aktif mengakses informasi melalui aplikasi InfoBMKG. Aplikasi tersebut menyajikan prakiraan cuaca hingga level desa, peringatan dini 10 harian, tiga harian, harian, hingga peringatan tiga jam sebelum kejadian.
“Informasi sudah lengkap, tinggal bagaimana masyarakat aktif memanfaatkannya,” ucap Hartanto.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Indarto mengatakan program SLCN penting karena informasi cuaca harus menjangkau lebih banyak nelayan. “Setiap pelatihan hanya diikuti sekitar 70 peserta, sementara jumlah nelayan Cilacap mencapai 18 ribu orang. Karena itu kami berharap peserta dapat menyebarkan informasi kepada rekan-rekan mereka,” katanya.
(1).jpg)
Ilustrasi cuaca. Medcom.id
Menurut dia, kecelakaan laut masih terjadi meski peringatan telah diberikan. Oleh karena itu, nelayan diharapkan tidak hanya mengejar lokasi ikan, tetapi juga mengutamakan keselamatan saat cuaca tidak mendukung.
"Kami berharap edukasi cuaca bagi nelayan dilakukan berkelanjutan agar risiko kecelakaan laut dapat ditekan dan kegiatan penangkapan ikan berlangsung produktif namun tetap aman," ungkapnya.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Bagus Pramujo mengatakan kegiatan SLCN diselenggarakan bukan sekadar sebagai pelatihan biasa. "Acara ini merupakan sebuah wadah strategis yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan melaut, memaksimalkan hasil tangkapan, mendorong pemanfaatan teknologi informasi, serta membangun kemandirian nelayan dalam mengakses dan memanfaatkan informasi cuaca dari BMKG," katanya.
Dia menyebut kegiatan diikuti 71 peserta terdiri atas 61 nelayan dari berbagai wilayah di Kabupaten Cilacap dan 10 personel dari dinas/instansi terkait. Materi pokok pelatihan mencakup pengenalan SLCN, pengantar meteorologi maritim, pengenalan dan diseminasi informasi cuaca maritim, serta materi tambahan dari Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap.