Potret kepiluan pengungsi Gaza di Kamp Wihdat, Yordania. Foto: Dok/Ist
Misbahol Munir • 30 March 2025 11:50
Hari ke-5 kami berada di Yordania, area penyaluran logistik berpindah dari sebuah gurun tandus dengan suasana barak dimana-mana. Kemudian berganti dengan areal bukit yang tinggi dengan padat penduduk dan lokasi yang sangat kumuh. Kawasan itu bernama Kamp Wihdat.
Letak Kamp Wihdat tidak jauh dari Kota Amman, Yordania. Kurang lebih 1 jam setengah, jika ditempuh dengan kendaraan roda 4. Wihdat lebih dekat dengan Kota Amman lama. Menuju kawaasan ini seperti sedang uji nyali. Jalanan berkelok dan menanjak tajam, curam, masuk gang sempit. Debu sering menyeruak hingga membuat pemandangan sedikit kabur.
Jika berpapasan dengan kendaraan lain harus bergantian mengalah. Sempat di tengah kawasan kumuh itu ada salah satu mobil macet, untuk putar balik diperlukan lebih dari 30 menit uji coba, kiri-kanan atret (mundur), sampai ada pemuda setempat yang memberi pertolongan. Mungkin karena mereka tahu, di belakang kami ada satu truk mengangkut logistik.
Berdaskan penuturan warga setempat, Kamp Wihdat ini dihuni kurang lebih 900.000 pengungsi warga Palestina, dengan luas are 4 km persegi. Kawasan ini dibangun pertama kali saat perang Arab-Israel pecah sekitar tahun 1965. Dari jumlah tersebut 48.000 adalah pendatang baru sebagai pengungsi, sejak konflik memanas pada Oktober 2023, meraka sudah tidak punya tempat tinggal di Nuseirat, Gaza, Palestina.
"Saat itu hari masih pagi. Saya sedang menikmati secangkir sai (teh) di balkon rumah saya yang menghadap ke jalan. Semuanya normal. Matahari sedikit merangkai naik, tapi dalam sekejap saja semuanya berubah. Bangunan menjadi puing berserakan, mobil-mobil terbakar. Pasukan Israel memasuki distrik kami. Pesawat-pesawat tempur melancarkan rentetan serangan brutal, dengan alasan mencari tawanan 4 tentera yang disandra oleh kami," kenang Mahdi, warga pengungsi di Wihdat dengan berkaca-kaca.
Baca juga:
Krisis Air dan Kesehatan di Gaza Capai Titik Kritis |