Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. MI/Insi Nantika Jelita
Insi Nantika Jelita • 30 April 2025 15:05
Jakarta: Defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) menembus Rp104,2 triliun hingga Maret 2025. Jumlah ini berasal dari pendapatan negara yang sebesar Rp516,1 triliun atau 17,2 persen dari target tahun ini Rp3.005,1 triliun. Kemudian, belanja negara yang mencapai Rp620,3 triliun atau 17,1 persen dari target Rp 3.621,3 triliun.
Meski mengalami defisit, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan APBN masih dalam kondisi aman. Defisit APBN pada Maret 2025 setara 0,43 persen dari produk domestik bruto (PDB) dan 16,9 persen dari proyeksi defisit anggaran dalam APBN 2025 mencapai Rp616,2 triliun.
"Kami masih optimistis postur APBN masih terjaga secara konsisten. Baik pendapatan dan belanja negara, persentasenya adalah 17 persen. Hal ini menggambarkan kecepatan yang relatif sama ini atau cukup baik," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu, 30 April 2025.
Pendapatan negara naik
Menkeu melaporkan pendapatan negara per Maret 2025 meningkat hampir Rp200 triliun dibanding bulan sebelumnya yang sebesar Rp316,9 triliun.
Pendapatan tersebut berasal dari tiga komponen utama. Pertama, penerimaan pajak yang tercatat sebesar Rp322,6 triliun, atau setara dengan 14,7 persen dari target sebesar Rp2.189,3 triliun.
Kedua, penerimaan dari kepabeanan dan cukai mencapai Rp77,5 triliun atau 25,7 persen dari target Rp301,6 triliun. Ketiga, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) berkontribusi sebesar Rp115,9 triliun.

(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Belanja negara
Di sisi lain, belanja negara hingga Maret 2025 tercatat sebesar Rp620,3 triliun. Angka ini terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp413,2 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp207,1 triliun.
Menkeu menyebutkan lonjakan pendapatan negara ini menjadi indikator positif, terutama setelah penerimaan pajak sempat mengalami tekanan di awal tahun. Ia menilai tren pemulihan ini memberikan sinyal baik bagi pelaksanaan kebijakan fiskal ke depan.
"Ini adalah perkembangan yang sangat positif. Kekhawatiran yang sempat muncul di Januari dan Februari mulai mereda, dan kita melihat pemulihan yang cukup meyakinkan," ungkap dia.