Ilustrasi harga minyak dunia. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 4 March 2025 10:42
Jakarta: Harga minyak mentah jatuh ke level terendah dalam 12 minggu pada perdagangan Senin (3/3) waktu setempat, dengan West Texas Intermediate (WTI) anjlok sebesar dua persen ke level USD68,37 per barel, penutupan terendah sejak 9 Desember.
Sentimen pasar dipengaruhi oleh keputusan OPEC+ untuk tetap melanjutkan rencana peningkatan produksi minyak pada April, serta kekhawatiran dampak kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) terhadap perekonomian global.
Menurut analisis dari analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha, kombinasi candlestick dan indikator Moving Average menunjukkan tren bearish kembali menguat pada WTI.
"Tekanan jual yang tinggi berpotensi mendorong harga minyak turun lebih jauh hingga ke level USD67 per barel. Namun, jika terjadi rebound akibat aksi beli di level support, harga berpotensi menguat kembali dengan target kenaikan terdekat di level USD70 per barel," ungkap Andy dikutip dari analisis hariannya, Selasa, 4 Maret 2025.
Pasar minyak mentah saat ini berada dalam kondisi yang rentan terhadap berbagai faktor global. Keputusan OPEC+ untuk tetap meningkatkan produksi di April menambah tekanan suplai di tengah kekhawatiran melemahnya permintaan akibat perlambatan ekonomi.
Sejak 2022, OPEC+ telah melakukan serangkaian pemangkasan produksi hingga 5,85 juta barel per hari guna menjaga keseimbangan pasar. Namun, dengan adanya rencana peningkatan produksi, pasar minyak menghadapi risiko kelebihan pasokan yang dapat semakin menekan harga.
Dinamika geopolitik juga turut memengaruhi pergerakan harga minyak. Perkembangan terbaru mengenai upaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina masih menjadi sorotan. Inggris mengungkapkan beberapa proposal gencatan senjata telah diajukan, sementara Prancis mendorong jeda pertempuran selama satu bulan sebagai langkah menuju negosiasi damai.
"Namun, Presiden AS Donald Trump memberikan sinyal bahwa kesabarannya mulai habis terhadap proses tersebut," terang dia.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Jeblok saat OPEC+ Rajin Kerek Produksi |