M Sholahadhin Azhar • 29 July 2025 10:56
Jakarta: Politikus PDIP Said Abdullah mengenang sosok Kwik Kian Gie. Semalam, 28 Juli 2025, Kwik Kian Gie, meninggal di usia 90 tahun.
"Kita kehilangan ekonom gigih, guru bangsa yang terus menyuarakan idealisme hingga akhir hayat," kata Said dalam keterangan tertulis, Selasa, 29 Juli 2025.
Said mengenal pertemuan dengan Kwik, yakni pada 1988. Ketika itu, Said menjabat sebagai Sekretaris PDI Kabupaen Sumenep yang ikut rapat koordinasi di Kantor DPD PDI Jawa Timur.
Rapat koordinasi dipimpin oleh Pak Marsusi selaku Ketua DPD. Saat itu, Kwik hadir sebagai pembicara kunci, sekaligus Ketua Balitbangpus DPP PDI.
"Teringat dalam kenangan momen itu, Pak Kwik dengan cakapnya mengulas persoalan persoalan ekonomi bangsa. “Ekonomi kita semuanya impor. Kita cuma menjadi bangsa perakit cetusnya lantang," kata Said.
Pikiran-pikiran Kwik, kata dia, selalu bernas dan kritis, terutama soal soal ekonomi dan politik. Pikiran itu tak berubah, baik di dalam dan diluar kekuasaan.
"Idealisme menjadi rel penyangga sekaligus “hakim” untuk menentukan langkah langkahnya. Kecintaannya terhadap republik ini tidak surut dibarter oleh apapun," tegas Said.
Saat krisis 1997/1998, kata Said, Kwik menonjol sebagai figur terdepan mempersoalkan skema penyelesaian ala IMF terhadap utang para obligor. IMF dan sejumlah menteri di kabinet menyetujui skema pengambil alihkan aset para obligor atas utang mereka di bank yang diambil alih oleh BPPN.
Kwik, kata Said, menilai sejumlah aset perusahaan yang disita BPPN jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah utang. Sebab, asetnya jauh lebih kecil dibandingkan kewajibannya.
"Pak Kwik kalah dalam keputusan ini, namun beliau tetap berdiri dengan kepala tegak," kata dia.
Said menceritakan pengalaman lain, yakni pada 2004 saat Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai Presiden. Mega, kata Said, memerintahkan Pak Kwik selaku Kepala Bappenas untuk mengelola sendiri Blok Migas di Cepu dari Exxon Mobil (EM) yang berposisi sebagai Technical Assitance Contract (TAC) yang akan berakhir tahun 2005.
"Pak Kwik bersama Pertamina membuat konsep kontrak kerjasama operasi di mana EM nantinya menjadi subordinat Pertamina. Desain ini sangat memberi nilai ekonomi yang besar bagi bangsa, namun belum terimplementasi, masa pemerintahan Ibu Mega berakhir," tegas Said.
Menurut Said, tidak sejengkal nasionalisme Kwik diragukan. Sebab, Kwik meneruskan jalan pikiran Bung Karno dan Bung Hatta, yang menginginkan ekonomi kita sebagai bangsa bisa mandiri.
Atas dasar itu, Kwik selalu memberi perhatian besar tentang bagaimana sumber daya alam dikelola, dan bagaimana cara mengelolanya. Said menyatakan keluarga besar PDI Perjuangan kehilangan atas kepergian Kwik.
"Semoga Tuhan Yang Maha Esa menempatkan Pak Kwik ke tempat yang terhormat. Lantunan doa senantiasa kami panjatkan mengiringi ruhmu di alam keabadian," kata Said.