Bank Dunia: Utang Publik di Kawasan Pasifik Perlahan Menurun

Kantor bank dunia. Foto: Unsplash.

Bank Dunia: Utang Publik di Kawasan Pasifik Perlahan Menurun

Arif Wicaksono • 8 August 2023 10:33

Wellington: Bank Dunia melaporkan utang publik di sebagian besar negara Pasifik diperkirakan akan turun dalam 12 bulan ke depan. Hal ini karena negara-negara bergerak ke arah penghentian stimulus covid-19 secara bertahap dan situasi fiskal membaik.

"Hal ini sejalan dengan upaya konsolidasi fiskal, utang publik diproyeksikan menurun selama 2023-2024 di seluruh Pasifik (kecuali di Kepulauan Solomon dan Negara Federasi Mikronesia)," kata Pembaruan Ekonomi Pasifik versi Bank Dunia, dilansir Channel News Asia, Selasa, 8 Agustus 2023.

Utang di kawasan tersebut muncul sejak 2019 karena ekonomi yang bergantung pada pariwisata dilanda penutupan perbatasan covid-19. Sementara itu sektor perdagangan dirugikan oleh tantangan logistik, dan peristiwa cuaca yang menyebabkan kerusakan.

Negara-negara itu mengambil lebih banyak utang untuk mengimplementasikan paket dukungan dan stimulus. Ini terutama terlihat di negara-negara yang bergantung pada turis seperti Fiji, Palau, dan Vanuatu.

Bank Dunia sebelumnya mengatakan enam negara Pasifik yakni Kiribati, Republik Kepulauan Marshall, Negara Federasi Mikronesia, Samoa, Tonga, dan Tuvalu, berisiko tinggi mengalami kesulitan utang.

Namun, laporan yang dirilis Selasa menambahkan, ketika defisit fiskal melebar di Kepulauan Solomon dan FSM, pemerintah diperkirakan akan meningkatkan pinjaman untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan dan meningkatkan utang publik.

Ia menambahkan, dalam hal hasil ekonomi, sebagian besar negara Pasifik, kecuali Palau, Samoa, dan Kepulauan Solomon, diproyeksikan mencapai tingkat produk domestik bruto prapandemi pada 2024.

"Sebaliknya, beberapa negara dengan pendapatan izin penangkapan ikan merupakan penyumbang pendapatan yang dominan, seperti Kiribati dan Republik Kepulauan Marshall (RMI), melebihi tingkat prapandemi pada 2021 karena sektor perikanan tidak terlalu terpengaruh oleh penutupan perbatasan,” kata laporan Bank Dunia.

Laporan tersebut menambahkan risiko tetap ada, termasuk ketidakpastian dalam pergerakan harga komoditas global dan ketegangan geopolitik berisiko menurunkan pemulihan ekonomi Pasifik.

"Mengingat kerentanan kawasan terhadap bencana, perubahan iklim merupakan risiko utama yang terus-menerus terjadi,” tambahnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)