Pemulia Jamee Tak Pernah Surut, Ketulusan Penyintas Banjir Aceh

Penyintas banjir bandang di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Foto: Metrotvnews.com/Fajri Fatmawati

Pemulia Jamee Tak Pernah Surut, Ketulusan Penyintas Banjir Aceh

Fajri Fatmawati • 21 December 2025 21:05

Pidie Jaya: Di balik duka yang tersisa setelah banjir bandang menerjang Pidie Jaya, Aceh, cahaya kemanusiaan justru bersinar dari hati para penyintas. Saat harta benda lenyap dan kehidupan porak-poranda,  penyintas tetap memegang teguh nilai luhur yang diwariskan turun-temurun: “Pemulia Jamee Adat Geutanyoe” atau memuliakan tamu sebagai jati diri orang Aceh.

Nilai itu bukan sekadar pepatah, tetapi nyata terpancar dari hati penyintas. Tim Metrotvnews.com yang mendatangi sejumlah lokasi pengungsian di Pidie Jaya disambut dengan kehangatan.

Sosok Reni, 47, salah satunya. Reni telah berada dua pekan di pengungsiang di kawasan kantor Bupati Pidie Jaya. Selama dua pekan itu, dia merawat ayahnya, meskipun akhirnya meninggal. Tapi, Reni tetap menyambut tim dengan salam dan pelukan hangat.

Penyintas banjir bandang di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Foto: Metrotvnews.com/Fajri Fatmawati

Tanpa ragu, Reni membongkar kardus berisi bantuan logistik, mengeluarkan air kemasan dan sebungkus roti yang masih tersegel, lalu menghidangkannya. “Silakan minum, makan,” ujar Reni dengan senyuman. Padahal, kondisi Reni sedang berduka dan serba kekurangan.

Kisah serupa datang dari Mariani, 53, di Desa Beurawang, Kecamatan Meureudu. Saat ditemui, Mariani duduk termenung di depan rumahnya yang nyaris hancur tertimbun lumpur setinggi hampir dua meter. Namun, saat ada tim yang menghampiri dan duduk bersamanya, naluri sebagai tuan rumah langsung bangkit.

Penyintas banjir bandang di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Foto: Metrotvnews.com/Fajri Fatmawati

Ia mempersilakan duduk, lalu memetik buah rambutan dari pohon yang selamat di halaman rumahnya. Ia pun bergegas mencari air kemasan untuk menjamu tamunya.

"Dimakan apa yang ada, kami enggak punya apa-apa cuma ini buah rambutan, silahkan," ujar Mariani.

Kejutan paling mengharukan datang dari seorang remaja berusia 14 tahun, Asyraf. Bagian dalam rumahnya kini bukan diisi perabot, tapi gelondongan kayu yang menjebol rumahnya saat banjir terjadi.

Penyintas banjir bandang di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Foto: Metrotvnews.com/Fajri Fatmawati

Asyraf segera menuju satu-satunya pohon kelapa yang masih tegak, memetik buahnya, dan menyajikan air kelapa segar kepada tim. “Ini dari pohon kami yang masih sisa, air kelapanya segar kak,” kata Asyraf.

Potret-potret kecil ini mencerminkan ketangguhan budaya Aceh yang lebih kuat dari sekadar upaya bertahan hidup. Saat materi lenyap, nilai kemanusiaan, penghormatan, dan kemurahan hati justru menjadi harta terakhir yang mereka jaga dengan bangga.

Banjir bandang boleh saja menyisakan lumpur dan kehancuran di Pidie Jaya. Namun, bencana gagal mengikis akar budaya “Pemulia Jamee” yang telah mengental dalam darah daging masyarakat Aceh.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Lukman Diah Sari)