Rekor Tertinggi Emas Terkoreksi Gegara Tarif Trump

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Rekor Tertinggi Emas Terkoreksi Gegara Tarif Trump

Ade Hapsari Lestarini • 3 February 2025 10:29

Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) sempat mencetak rekor tertinggi baru pada sesi perdagangan AS Jumat lalu, namun saat sesi Asia dimulai pada Senin, 3 Februari 2025, harga emas turun ke sekitar USD2.795.

Penurunan harga ini didorong oleh penguatan dolar AS yang dipicu oleh pengumuman kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Pada Sabtu, Trump mengumumkan tarif 25 persen akan diberlakukan pada Kanada dan Meksiko, dua mitra dagang terbesar AS, serta ancaman tarif 100 persen terhadap negara-negara BRICS yang berupaya menggantikan dolar AS dalam perdagangan internasional.

"Kebijakan tarif ini memicu kekhawatiran akan terjadinya perang dagang global, yang berpotensi menekan ekonomi global dan meningkatkan inflasi, terutama di Amerika Serikat," ujar Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, dalam hasil risetnya, Senin, 3 Februari 2025.

Lonjakan harga yang terjadi sebagai dampak dari tarif tersebut dapat memperburuk daya beli konsumen dan produsen di AS, yang pada gilirannya dapat menurunkan permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven. Meskipun demikian, ketegangan geopolitik ini juga berpotensi memperburuk ketidakpastian ekonomi global, yang biasanya meningkatkan daya tarik emas di mata investor sebagai aset lindung nilai.

Berdasarkan analisis teknikal Andy Nugraha, tren bearish pada XAU/USD semakin menguat. Indikator candlestick dan Moving Average menunjukkan harga emas cenderung bergerak turun, dengan proyeksi penurunan menuju level support sekitar USD2.745.


Ilustrasi. Foto: Freepik

 

Baca juga: Harga Emas Dunia Meroket di Tengah Ketidakpastian Tarif Impor Trump
 

Ada potensi harga emas kembali naik


Meskipun demikian, jika harga turun dan melakukan rebound, ada potensi bagi harga emas untuk kembali naik ke level USD2.815 dalam jangka pendek.

Tekanan yang dihadapi oleh harga emas saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor makroekonomi, termasuk kebijakan tarif yang diumumkan oleh Trump serta penguatan dolar AS.

Greenback yang lebih kuat ini menyebabkan harga komoditas yang berdenominasi USD, termasuk emas, menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Selain itu, kebijakan penurunan suku bunga yang terus diambil oleh Federal Reserve dan meningkatnya permintaan untuk aset safe haven dapat memberikan dukungan bagi harga emas dalam jangka panjang.

Bank sentral yang terus melakukan pembelian emas sebagai bagian dari diversifikasi cadangan devisa mereka juga diperkirakan akan memberikan sentimen positif bagi pasar emas.

Dengan latar belakang tersebut, meskipun harga emas mengalami tekanan jangka pendek, risiko geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global kemungkinan besar akan terus menjaga daya tarik emas sebagai aset yang aman. Seiring dengan perkembangan situasi politik dan kebijakan AS yang terus berfluktuasi, pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap potensi pergerakan harga yang tajam, baik naik maupun turun.

Secara keseluruhan, harga emas hari ini diprediksi akan bergerak bearish, dengan potensi penurunan ke level USD2.745 jika tekanan dari dolar AS terus berlanjut. Namun, masih ada peluang bagi harga untuk rebound, seiring dengan perkembangan oleh faktor eksternal, khususnya terkait kebijakan tarif dan langkah-langkah yang diambil oleh Federal Reserve.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)