Turki Tangkap 1.100 Demonstran Penentang Presiden Erdogan

Protes dari partai oposisi CHP menentang Presiden Recep Tayyip Erdogan. Foto: Istanbul Municipality

Turki Tangkap 1.100 Demonstran Penentang Presiden Erdogan

Fajar Nugraha • 25 March 2025 15:10

Ankara: Otoritas Turki menahan 1.113 orang dalam aksi protes yang berlangsung selama lima hari di berbagai kota, menyusul penangkapan Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu. Presiden Recep Tayyip Erdogan menuduh partai oposisi utama sebagai dalang di balik kerusuhan tersebut.

Menteri Dalam Negeri Turki, Ali Yerlikaya, pada Senin 24 Maret 2025 mengonfirmasi jumlah penangkapan tersebut setelah aksi demonstrasi anti-pemerintah terbesar dalam lebih dari satu dekade. Gelombang protes dipicu oleh penahanan Imamoglu pada Rabu atas tuduhan korupsi, mendukung Partai Pekerja Kurdistan (PKK), dan memimpin organisasi kriminal.


Oposisi sebarkan kekerasan

Dalam pidatonya di Ankara, Erdogan menuding Partai Rakyat Republik (CHP) sebagai pihak yang memicu gelombang kekerasan di seluruh negeri.

“Mereka memulai gerakan kekerasan ini sebagai pertunjukan politik. Namun, pada akhirnya mereka akan merasa malu atas ‘kejahatan’ yang mereka lakukan terhadap bangsa ini,” kata Erdogan, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa 25 Maret 2025.

Meski terjadi penangkapan massal, aksi demonstrasi terus berlangsung di berbagai kota. Al Jazeera melaporkan bahwa para demonstran semakin bertekad melanjutkan aksi mereka dan menyerukan boikot terhadap media pro-pemerintah serta perusahaan yang memiliki hubungan dengan rezim Erdogan.

“Mereka menegaskan tidak akan mundur. Bahkan, mereka mendorong lebih banyak orang untuk bergabung dalam aksi besar yang dijadwalkan beberapa jam ke depan,” ujar Aksel Zaimovic, jurnalis Al Jazeera, dari Istanbul.

Penahanan Imamoglu picu gelombang protes nasional

Ekrem Imamoglu, yang dianggap sebagai rival utama Erdogan dalam politik Turki, kehilangan jabatannya sebagai Wali Kota Istanbul setelah resmi ditahan pada Minggu. Imamoglu ditahan di Penjara Silivri di pinggiran Istanbul sambil menunggu persidangan atas tuduhan korupsi yang ia bantah.

Tuduhan terkait terorisme sementara ini dibatalkan oleh pengadilan. Meski demikian, keputusan ini memicu kecaman luas dan memperparah ketegangan politik di Turki.

Pada hari yang sama, Imamoglu secara aklamasi dipilih sebagai kandidat CHP untuk Pemilihan Presiden 2028, dengan dukungan sekitar 15 juta suara sebagai bentuk solidaritas dari para pendukungnya.

Demonstrasi yang awalnya terjadi di Istanbul dengan cepat menyebar ke lebih dari 55 dari 81 provinsi di Turki. Bentrokan antara demonstran dan polisi terjadi di beberapa wilayah, di mana aparat menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan massa.

Penangkapan wartawan

Dalam eskalasi terbaru, polisi menahan 10 jurnalis Turki di rumah mereka sebelum Subuh pada Senin 24 Maret 2025. Penahanan ini dikonfirmasi oleh Media and Law Studies Association, sebuah lembaga pemantau hak asasi manusia.

Menteri Dalam Negeri Yerlikaya melaporkan bahwa selama aksi protes, 123 petugas polisi mengalami luka-luka. Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak akan membiarkan ada pihak yang “menciptakan teror di jalanan.”

“Tidak ada toleransi bagi siapapun yang mencoba menebar ketakutan atau kekerasan di jalan-jalan Turkiye,” tegas Yerlikaya.

Meskipun ada larangan berkumpul di sejumlah kota besar, demonstrasi tetap berlangsung hingga malam kelima pada Minggu. Bentrokan sengit terus terjadi antara pengunjuk rasa dan polisi anti huru-hara.

Pada Senin sore, kelompok demonstran muda berkumpul di dekat Pelabuhan Besiktas di tepi Selat Bosphorus, Istanbul, sebelum bergabung dengan aksi utama di depan balai kota yang dijadwalkan berlangsung pukul 17.30 GMT.

Sementara itu, pemerintah Turkiye terus membantah bahwa penahanan Imamoglu bermotif politik. Mereka menegaskan bahwa lembaga peradilan bekerja secara independen dan sesuai hukum.


(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)