M Sholahadhin Azhar • 30 August 2025 08:52
Jakarta: Duka mendalam menyelimuti masyarakat Indonesia, terkhusus kelompok ojek online (ojol). Namun, masyarakat Indonesia diminta mewaspadai narasi provokatif imbas insiden yang menewaskan Affan dalam demonstrasi berujung ricuh di Pejompongan, Jakarta, pada Kamis malam, 28 Agustus 2025.
"Yang kita butuhkan sekarang adalah ketenangan, bukan provokasi, kata R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, Dalam keterangannya, Sabtu, 30 Agustus 2025.
Haidar Alwi menegaskan, bahwa peristiwa ini harus dipahami dengan hati yang tenang, bukan dengan amarah yang membakar. Menurutnya, setiap duka rakyat adalah amanah yang wajib dihormati, namun sangat berbahaya bila duka itu dijadikan alat untuk memecah belah.
Haidar Alwi menjelaskan bahwa dalam situasi berduka, publik biasanya menanti bagaimana negara hadir. Maka itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo langsung ke RSCM, Jakarta menemui keluarga korban, memeluk mereka, dan menyampaikan permintaan maaf tulus pada Jumat dini hari, 29 Agustus 2025, atas insiden dilindas kendaraan taktis (taktis) Brimob Polda Metro Jaya.
Bahkan, Jenderal Listyo menitikkan air mata, sesuatu yang jarang terlihat dari seorang pejabat tinggi negara. Menurut Haidar Alwi, tindakan ini menunjukkan bahwa Polri tidak hanya bekerja dengan aturan hukum, tetapi juga dengan hati nurani.
Lebih jauh, Kapolri juga menegaskan bahwa proses hukum berjalan transparan. Tujuh anggota Brimob yang berada di mobil rantis telah diperiksa dan ditahan atau patsus, serta evaluasi menyeluruh atas prosedur pengamanan dipastikan segera dilakukan.
“Ini yang penting dipahami, kejadian ini adalah peristiwa penuh duka, bukan niat represif. Justru dari sikap terbuka Kapolri kita melihat negara berani introspeksi dan memperbaiki diri,” jelas Haidar Alwi.
Di sisi lain, Haidar mengingatkan bahwa dalam setiap musibah besar, selalu ada pihak yang berusaha membelokkan duka menjadi alat politik. Maka itu, ia meminta masyarakat waspada dan jangan biarkan narasi provokatif menjerumuskan anak bangsa.
Haidar Alwi menambahkan,
demokrasi yang sehat bukan diukur dari kerasnya teriakan, tetapi dari kemampuan rakyat menjaga akal sehat di tengah cobaan. Maka itu, ia kembali mengingatkan untuk mewaspadai narasi provokatif.
"Jangan biarkan duka yang tulus berubah menjadi komoditas politik. Tugas kita adalah menjaga kedamaian agar demokrasi tetap berjalan dengan matang,” pungkas Haidar.