Organisasi massa (ormas) Hidayatullah akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) ke-VI. Dok. Istimewa
Achmad Zulfikar Fazli • 12 June 2025 13:14
Jakarta: Organisasi massa (ormas) Hidayatullah akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) ke-VI. Munas tersebut akan digelar di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, pada 20–23 Oktober 2025.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah KH. Nashirul Haq, menekankan munas ini menjadi momentum konsolidasi gerakan dakwah berorientasi keumatan dan kebangsaan dalam merespons dinamika perubahan global dan tantangan menuju Indonesia Emas 2045. Dia menjelaskan pemilihan tajuk Semarak Munas Hidayatullah Berkhidmat mengandung makna multidimensional yang selaras dengan kerangka nilai dakwah Islam dan kebutuhan strategis kebangsaan Indonesia kontemporer.
"Semarak mencerminkan semangat menyala dan gairah kolektif yang ingin dihadirkan dalam keseluruhan rangkaian Munas VI. Semarak ini tidak hanya dalam bentuk kegiatan fisik semata, tetapi juga dalam penguatan ide, gagasan, serta kontribusi nyata untuk perbaikan masyarakat," ujar Nashirul dalam keterangannya, Kamis, 12 Juni 2025.
Sementara itu, berkhidmat bukan sekadar terminologi normatif, melainkan memiliki makna aksiologis sebagai wujud pengabdian Hidayatullah terhadap negara, bangsa, dan umat. Hidayatullah berkhidmat merefleksikan kesadaran etis untuk menghadirkan solusi atas berbagai problematika umat dan bangsa melalui jalur dakwah bil hal (dakwah berbasis tindakan keteladanan), bukan sekadar bil qoul (dakwah berbasis seruan lisan).
Dengan demikian, jelas Nashirul, tajuk ini menyiratkan tekad organisasi untuk menghadirkan Munas VI sebagai momentum penyegaran ideologis, intelektual, dan praksis dakwah yang berakar pada realitas keindonesiaan sekaligus tetap terikat pada prinsip-prinsip keislaman yang lurus.
"Sinergi Anak Bangsa Menyongsong Indonesia Emas 2045 sebagai tema besar dipilih secara sadar sebagai respons atas tantangan strategis nasional. Visi Indonesia Emas 2045 yang dicanangkan pemerintah merupakan cita-cita kolektif menuju negara maju yang berdaulat, adil, dan makmur pada seabad kemerdekaan Republik Indonesia. Namun capaian ini meniscayakan sinergi seluruh komponen anak bangsa tanpa kecuali," ujar dia.
Oleh karena itu, kata dia, sinergi dalam tema ini mencerminkan kesadaran kolektif untuk memadukan berbagai potensi, keahlian, dan sumber daya masyarakat Indonesia, baik dari kalangan umat Islam, dan semua komponen bangsa baik rakyat jelata, akademisi, profesional, pebisnis, maupun generasi muda, untuk bersama-sama berangkulan membangun bangsa yang bermartabat.
"Dalam perspektif sosiologi pembangunan, sinergi bukan semata kolaborasi mekanistik, tetapi perpaduan organik antar unsur bangsa dalam satu visi peradaban," ucap dia.
Baca Juga:
Solusi Pemerintah Menyongsong Indonesia Emas 2045 |