Ilustrasi para pencari kerja. Foto: dok MI/Bary Fathahilah
M Rodhi Aulia • 5 May 2025 23:13
Jakarta: Di tengah peralihan kekuasaan dari Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) ke Presiden Prabowo Subianto, Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi yang kuat. Salah satu indikatornya adalah meningkatnya partisipasi angkatan kerja dan bertambahnya jumlah penduduk yang bekerja selama periode Februari 2024 hingga Februari 2025.
Dalam periode tersebut, sebanyak 3,59 juta orang tercatat masuk ke pasar kerja. Kenaikan ini terjadi di tengah masa transisi pemerintahan yang biasanya disertai ketidakpastian kebijakan dan perlambatan aktivitas ekonomi.
Namun, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tetap tumbuh dan mampu menyerap tambahan tenaga kerja dalam jumlah besar. Dari jumlah angkatan kerja baru itu, sebagian besar berhasil terserap ke dalam pekerjaan penuh waktu, mencerminkan adanya perbaikan kualitas ketenagakerjaan meskipun dominasi sektor informal masih cukup tinggi.
“Terdapat tambahan 3,59 juta orang yang masuk ke pasar kerja. Tiga lapangan usaha dengan peningkatan jumlah tenaga kerja terbesar dalam setahun terakhir adalah Perdagangan (0,98 juta orang), Pertanian (0,89 juta orang), dan Industri Pengolahan (0,72 juta orang),” tulis BPS dalam laporannya yang dirilis, Senin, 5 Mei 2025.
Baca juga: Tertinggi dalam 15 Tahun, Sektor Pertanian Meroket 10,52%
Sektor perdagangan menjadi penyumbang terbesar dalam peningkatan jumlah pekerja, disusul oleh sektor pertanian dan industri pengolahan. Ketiga sektor ini memang menjadi tulang punggung aktivitas ekonomi nasional, khususnya di daerah.
Menanggapi data tersebut, Chief Economist Juwai IQI, Shan Saeed, memberikan pandangan optimistis terhadap arah pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurutnya, pemerintah telah berhasil menciptakan ekosistem ekonomi yang mendukung penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.
“Pemerintah telah melakukan pekerjaan yang baik dalam menciptakan atmosfer positif, di mana semakin banyak pekerjaan tersedia, mendorong momentum ekonomi, dan yang terpenting, memperkuat pertumbuhan PDB di tingkat makro,” ujar Saeed, dikutip Senin, 5 Mei 2025.
Saeed juga menilai bahwa stabilitas makroekonomi tetap terjaga di tengah dinamika global. Peran Bank Indonesia dalam menjaga keseimbangan moneter dinilainya sangat krusial dalam menumbuhkan kepercayaan pasar.
“Angka-angka Produk Domestik Bruto (PDB) mencerminkan bahwa stabilitas makroekonomi tetap solid dan upaya pemerintah dalam mempertahankan kepercayaan ekonomi membuahkan hasil,” lanjutnya.
Ia menambahkan bahwa dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 4,5% hingga 5,5% sepanjang tahun 2025, maka konsumsi dan investasi diperkirakan akan terus menjadi penggerak utama ekonomi nasional.
“Indonesia tetap berada di lintasan pertumbuhan. Pemerintah berkomitmen penuh untuk menjaga kepercayaan ekonomi di tingkat makro,” tambahnya.
Dalam laporan BPS juga disebutkan bahwa sektor pertanian mencatatkan pertumbuhan signifikan hingga 10,52 persen. Kenaikan ini ditopang oleh lonjakan produksi padi dan jagung, yang masing-masing tumbuh 51,45 persen dan 39,02 persen.
Sektor-sektor lain seperti industri makanan dan minuman, serta transportasi, juga menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Hal ini memperlihatkan bahwa pemulihan ekonomi pascapandemi masih terus berlanjut di berbagai lini.
Sebaliknya, sektor pemerintahan mengalami kontraksi sebesar -1,38 persen. Penurunan ini dipicu oleh normalisasi belanja negara setelah Pemilu 2024, yang berdampak pada aktivitas belanja kementerian dan lembaga.
Namun demikian, sektor digitalisasi dan komunikasi mengalami akselerasi pertumbuhan yang signifikan. Sektor ini dinilai semakin penting sebagai penopang utama struktur ekonomi modern Indonesia.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2025 tercatat sebesar 4,87 persen secara tahunan (year-on-year). Meskipun sedikit melambat dibandingkan kuartal pertama 2024 yang mencapai 5,11 persen, angka ini tetap menunjukkan ketangguhan fundamental ekonomi nasional di tengah tekanan global.