Wamenperin Faisol Riza bersama Ketua Umum APKI Liana Bratasida. Foto: Istimewa.
Husen Miftahudin • 13 January 2025 22:28
Jakarta: Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menyampaikan apresiasi kepada Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) yang telah konsisten menjadi mitra pemerintah dalam mendukung pengembangan industri pulp dan kertas nasional.
"Industri pulp dan kertas memiliki kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional dengan total ekspor mencapai USD8,28 miliar pada 2023 dan menyumbang sekitar 4,03 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas," kata Faisol Rapat Kerja APKI Tahun 2024 di Jakarta, dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 13 Januari 2025.
Faisol juga menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi industri pulp dan kertas, seperti ketersediaan bahan baku kertas daur ulang (KDU), kebijakan EU Waste Shipment Regulation (EUWSR), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), dan EU Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM).
"Ketahanan industri menjadi perhatian penting pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, dan kami optimis melalui langkah strategis yang tepat, industri ini dapat terus berkembang dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional," tambahnya.
Tantangan harus dijadikan sebagai peluang
Sementara itu, Ketua Umum APKI Liana Bratasida menekankan pentingnya acara Rapat Kerja APKI Tahun 2024 sebagai langkah strategis untuk merumuskan kebijakan dalam meningkatkan daya saing Industri Pulp dan Kertas (IPK) di tengah ketidakpastian kondisi global.
"Acara ini menjadi sangat relevan dengan tema 'Mendorong Kontribusi Industri Pulp dan Kertas terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Strategi Kebijakan, Ekonomi Sirkular, dan Perluasan Akses Pasar Global'," ujar Liana.
Di sisi lain, menurut dia, tantangan global dan domestik harus dipandang tidak hanya sebagai ancaman. "Tetapi juga sebagai peluang untuk merumuskan langkah-langkah strategis dan
inovatif," tegasnya.
Liana juga mengungkapkan saat ini masih terdapat 54 industri kertas yang menggunakan bahan baku kertas daur ulang (KDU), yang sebagian besar kebutuhan KDU-nya masih perlu diimpor. Importasi KDU ini mencerminkan upaya implementasi ekonomi sirkular dalam industri pulp dan kertas Indonesia.
"Kami berharap kebijakan pemerintah dapat menjamin ketersediaan bahan baku KDU agar industri pulp dan kertas dapat menjaga daya saing dan berkelanjutan," tambah Liana.
Ia menambahkan, APKI optimis menghadapi tantangan dan meningkatkan daya saing industri pulp dan kertas melalui sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan akademisi.
"Dengan langkah-langkah strategis dan inovatif, APKI mendukung target pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk meningkatkan daya saing industri pulp dan kertas sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi delapan persen dan mendukung asta cita Presiden Prabowo Subianto," tutur dia.
(Ilustrasi industri pulp dan kertas. Foto: Medcom.id)
Kualitas serat daur ulang perlu dikelola
Adapun, Direktur Fiber di Fastmarkets RISI Hannah Zhao yang juga menjadi pembicara kunci dalam seminar ini, memberikan wawasan mendalam tentang prospek global industri pulp dan kertas.
Dalam paparannya, Hannah menyampaikan Asia, terutama Asia Tenggara dan India, akan menjadi pendorong utama pertumbuhan permintaan pulp dan kertas global hingga 2026.
"Dengan populasi yang terus berkembang dan tingkat konsumsi per kapita yang relatif rendah, kawasan ini memiliki potensi besar untuk pertumbuhan. Namun, tantangan over supply dan kualitas serat daur ulang tetap menjadi isu utama yang perlu dikelola," ungkap Hannah.