Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Bupati Ipuk Fiestiandani, saat berkunjung ke dermaga Marina Boom Banyuwangi. (Dok: Humas Pemkab Banyuwangi)
Amaluddin • 10 April 2025 20:28
Banyuwangi: Konektivitas wisata antara Banyuwangi dan Bali akan segera meningkat signifikan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama Pemkab Banyuwangi tengah memfinalisasi peluncuran layanan kapal cepat, yang dijadwalkan mulai beroperasi pada Juni 2025.
"Kapal cepat itu menghubungkan Pelabuhan Marina Boom Banyuwangi dengan Pelabuhan Pulau Serangan, Denpasar, Bali," kata Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono, memimpin rapat koordinasi di Pemkab Banyuwangi, Kamis, 10 April 2025.
Mujiono mengatakan bahwa rapat ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Bupati Ipuk Fiestiandani beberapa waktu lalu saat berkunjung ke dermaga Marina Boom.
“Sebagaimana arahan Ibu Bupati, kami mendukung penuh program strategis ini. Kapal cepat ini bukan hanya mempersingkat jarak antarwilayah, tapi juga membuka peluang besar sektor pariwisata dan ekonomi lokal," katanya.
Kapal cepat yang akan digunakan memiliki spesifikasi panjang sekitar 40 meter dan lebar 6 meter, dengan kapasitas angkut 350–400 penumpang. Tarif rencananya dipatok di angka Rp200.000 per penumpang.
“Rute ini sangat menjanjikan karena menghubungkan dua destinasi wisata nasional bahkan internasional. Kami ingin Banyuwangi menjadi pintu masuk utama ke Bali dari timur,” ujarnya.
Sementara itu, Plt. Kepala UPT Pelabuhan Pengumpan Regional Boom, Hari Yulianto, menyebutkan sejumlah tahapan teknis telah dilakukan, termasuk survei jalur laut selama Ramadan lalu. Survei lanjutan untuk pematangan aspek teknis direncanakan segera dilakukan.
“Dokumen legalitas juga hampir seluruhnya rampung. Pihak swasta sebagai operator kapal cepat pun sudah mulai menjajaki kesiapan lapangan,” kata Hari.
Tak hanya itu, lanjut Hari, Pemprov Jatim juga akan merenovasi terminal penumpang Marina Boom agar lebih representatif. Terminal baru ini akan mengusung desain lokal khas Banyuwangi, senada dengan arsitektur stasiun dan bandara di wilayah tersebut.
“Renovasi dilakukan bertahap, mengikuti ketersediaan anggaran. Kami ingin terminal ini tidak hanya fungsional, tapi juga memperkuat identitas budaya Banyuwangi,” tandasnya.