Pelaku Penembakan di Sekolah Swedia Dikenal sebagai Penyendiri

Rickard Andersson pelaku penembakan di Swedia. Foto: Aftonbladet

Pelaku Penembakan di Sekolah Swedia Dikenal sebagai Penyendiri

Fajar Nugraha • 6 February 2025 14:38

Orebro: Pelaku penembakan yang menewaskan 110 orang di sebuah sekolah di Swedia diidentifikasi sebagai Rickard Andersson, seorang pria berusia 35 tahun yang hidup tertutup dan tidak memiliki riwayat kriminal. Meski memiliki izin resmi kepemilikan senjata api, motif di balik serangan tragis ini masih belum jelas.

Melansir dari Sydney Morning Herald, Kamis 6 Februari 2025, Rickard Andersson, yang disebut sebagai pelaku penembakan massal terbesar dalam sejarah Swedia, ditemukan tewas di lokasi kejadian akibat luka tembak yang diduga dilakukan sendiri. Menurut keterangan kerabatnya, Andersson telah lama menjauh dari keluarga dan teman-temannya.

Polisi menggerebek apartemen satu kamar miliknya di Orebro pada Rabu 5 Februari 2025 setelah insiden di Campus Risbergska, pinggiran kota Orebro. Petugas terlihat membawa sejumlah barang dari kediamannya dalam kantong-kantong bukti.

Laporan dari media Swedia, Aftonbladet, menyebut bahwa sebelum melakukan aksinya, Andersson sempat berganti pakaian menjadi seragam militer di toilet sekolah. Salah satu teori kepolisian adalah bahwa ia dengan sengaja memilih korbannya, meski alasan di balik pilihannya masih belum diketahui.

Kepala kepolisian Orebro, Roberto Eid Forest, menyatakan bahwa bukti di tempat kejadian menunjukkan bahwa Andersson telah meninggal dunia sebelum polisi tiba, setelah menembakkan senapan berburu ke dirinya sendiri.

Kesaksian Korban dan Saksi Mata

Para siswa yang berada di lokasi menggambarkan situasi mencekam saat penembakan berlangsung. Seorang siswa bernama Marwa mengatakan bahwa ia melihat beberapa orang tergeletak di lantai dengan luka tembak.

"Seorang pria di sebelah saya tertembak di bahu dan mengalami pendarahan hebat," ujar Marwa. 

"Saya langsung mengambil syal teman saya dan mengikatkan ke lukanya agar tidak banyak kehilangan darah,” ucap Marwa.

Hellen Werme, seorang saksi lainnya, mengatakan bahwa saat kejadian, dirinya mengalami ketakutan luar biasa. "Itu adalah jam-jam terburuk dalam hidup saya. Saya tidak tahu apakah saya akan ditembak saat itu juga atau dalam 10 menit berikutnya," kata Marwa.

Maria Pegado, seorang guru di sekolah tersebut, mengatakan bahwa kelasnya baru saja selesai makan siang ketika seseorang membuka pintu dan berteriak agar semua orang segera keluar. Pegado dan murid-muridnya pun langsung melarikan diri dari sekolah untuk mencari perlindungan.

Kondisi korban selamat

Hingga Rabu malam, enam korban masih dirawat di Rumah Sakit Universitas Orebro, lima diantaranya telah menjalani operasi akibat luka tembak. Tiga perempuan dan dua laki-laki dilaporkan berada dalam kondisi stabil tetapi masih serius, sementara seorang perempuan lainnya mengalami cedera ringan.

Profil pelaku

Meski belum ditemukan motif yang jelas, gambaran mengenai sosok Andersson mulai terungkap. Laporan Aftonbladet menyebut bahwa ia telah lama hidup menyendiri setelah meninggalkan rumah orang tuanya di usia 20-an. Seorang mantan teman sekelas, yang mengenalnya dengan nama panggilan "Jonas", menggambarkannya sebagai sosok yang menyeramkan dan cenderung pendiam.

"Dia jarang berbicara dengan orang lain dan sering menutup mulutnya dengan tangannya," ujar mantan teman sekelasnya. 

Sementara itu, seorang saksi lainnya mengungkapkan bahwa Andersson kerap duduk dengan kepala tertutup hoodie.

Meski tidak memiliki catatan kriminal, ia memiliki izin kepemilikan beberapa senjata api. Kepala kepolisian wilayah, Lars Wiren, mengatakan bahwa Andersson "jelas memiliki motivasi dan akses terhadap senjata."

Sekolah dengan keamanan minim
Risbergska School memiliki sekitar 2.000 siswa, kebanyakan berusia di atas 20 tahun. Sekolah ini menawarkan pendidikan setara SMA, kursus bahasa Swedia bagi imigran, serta program bagi penyandang disabilitas intelektual.

Seorang siswa, Spela Majeric, menyoroti kurangnya keamanan di sekolah tersebut. 

"Sekolah ini sangat rentan karena sebagian besar siswanya adalah perempuan. Saya merasa kejadian ini seharusnya bisa dicegah," katanya.

Majeric mengungkapkan bahwa ia hampir menjadi korban penembakan, tetapi luput karena terlambat masuk kelas setelah makan siang bersama pasangannya. 

"Sekolah ini luar biasa, para guru sangat peduli dengan kami. Sulit menerima kenyataan bahwa seseorang bisa melakukan hal mengerikan seperti ini di tempat sebaik ini," ujarnya.

Reaksi publik dan pemerintah

Setelah identitas pelaku terungkap, polisi menggeledah apartemennya di Orebro. Daniel Soleimani, tetangga di lantai bawahnya, mengatakan bahwa ia mendapat telepon panik dari pacarnya saat penggerebekan berlangsung.

"Saya tidak pernah menyangka bahwa orang seperti ini bisa tinggal beberapa meter di atas saya," ujar Soleimani.

Keluarga kerajaan Swedia, termasuk Raja Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia, mengunjungi sekolah tersebut pada Rabu dan menghadiri acara peringatan bagi para korban. 

"Berkabung bukanlah hal yang bisa dilakukan sendiri," ujar sang raja, sembari meletakkan bunga putih di tugu peringatan.

Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, turut mendampingi keluarga kerajaan dalam kunjungan tersebut. Pemerintah juga mengumumkan bahwa bendera di istana kerajaan serta gedung pemerintahan akan dikibarkan setengah tiang sebagai bentuk penghormatan bagi para korban.

Meski serangan di sekolah tergolong jarang terjadi di Swedia, negara tersebut dalam beberapa tahun terakhir mengalami lonjakan kasus kekerasan bersenjata, termasuk serangan menggunakan pisau di sekolah pada 2022 serta meningkatnya insiden penembakan dan pengeboman terkait geng kriminal.

Warga Orebro berkumpul di sekitar sekolah pada Rabu malam untuk meletakkan bunga sebagai penghormatan bagi para korban.

"Kami kehilangan orang-orang yang seharusnya memiliki masa depan cerah. Mereka yang terbunuh memiliki impian menjadi dokter, perawat, insinyur, atau teknisi. Kini, impian itu sirna," ujar Shamsul Qamar Andesh, mantan siswa sekolah tersebut.

Sementara itu, Luri Baptista, seorang mahasiswa doktoral di Universitas Orebro, ikut menyalakan lilin untuk mengenang para korban.

"Serangan ini terasa sangat pribadi bagi saya. Para korban adalah mahasiswa seperti saya. Jika serangan ini bermotif kebencian, saya bisa saja menjadi salah satu targetnya," ungkapnya.

Ia juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap lambannya investigasi polisi. 

"Saya mengerti bahwa penyelidikan membutuhkan waktu, tetapi ketidakpastian ini sangat mengganggu. Kami ingin tahu siapa pelaku sebenarnya dan apa motif di balik serangan ini," tambahnya.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)