Zara Qairina Mahathir ditemukan meninggal di dekat saluran pembuangan. Foto: Malay Mail
Fajar Nugraha • 15 August 2025 19:55
Kuala Lumpur: Kematian tragis seorang siswi Sabah berusia 13 tahun pada 17 Juli telah memicu protes jalanan di Malaysia selama seminggu terakhir dan meningkatnya kemarahan publik terhadap korban kasus dugaan perundungan. Kejadian ini berlangsung tepat menjelang pemilihan umum negara bagian Borneo yang sulit bagi Perdana Menteri Anwar Ibrahim dan sekutunya.
Zara Qairina Mahathir, seorang siswi Kelas Satu, ditemukan pingsan pada pukul 3.00 pagi 16 Juli di dekat saluran pembuangan di asrama sekolahnya di kota Papar, sekitar 40 km dari ibu kota Sabah, Kota Kinabalu. Siswi pesantren tersebut tampaknya menderita luka parah dan dirawat di rumah sakit tetapi meninggal keesokan harinya.
Kemarahan nasional telah meningkat dalam empat minggu sejak kematiannya, dengan tuduhan di media sosial tentang upaya menutup-nutupi oleh pihak berwenang, yang diduga karena seorang anggota keluarga terkemuka di Sabah terlibat.
Politisi oposisi mengangkat kasus ini dan mempertanyakan mengapa tidak dilakukan otopsi meskipun Zara tampak mengalami luka-luka. Hal ini mendorong pihak berwenang untuk menggali kembali jenazah siswa tersebut pada 10 Agustus untuk menjalani otopsi, mengikuti instruksi dari Jaksa Agung Malaysia.
Banyak simpatisan telah menerjang hujan gerimis, menunjukkan dukungan dan solidaritas mereka selama otopsi yang berlangsung selama delapan jam. Jenazah Zara dimakamkan kembali pada malam hari di hari yang sama.
Setelah protes jalanan pertama dari beberapa protes di Sabah digelar, Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengatakan kepada wartawan pada 9 Agustus: “Kami tidak menganggap enteng ini dan arahan kami jelas; tidak akan ada kompromi. Ini masalah kematian, tidak peduli apakah itu anak orang miskin atau kaya, ini bukan permainan.”
Ketua pemuda oposisi Parti Islam SeMalaysia, Afnan Hamimi, pada 11 Agustus mendesak Menteri Pendidikan Malaysia Fadhlina Sidek untuk mundur, menuduhnya gagal mengatasi perundungan di sekolah.
Investigasi atas kematian siswi dari Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Tun Datu Mustapha di Papar, Sabah awalnya diklasifikasikan sebagai kematian mendadak, kini akan berfokus pada kemungkinan unsur pidana, termasuk perundungan.
Dalam konferensi pers, Direktur Departemen Investigasi Kriminal (CID) Bukit Aman, Datuk M. Kumar mengatakan, hal ini merupakan salah satu temuan tim khusus CID yang terdiri dari sembilan petugas dan personel yang dikirim ke Sabah pada 11 Agustus untuk menyelidiki kasus tersebut.
Kejaksaan Agung (AGC) hari ini mengumumkan keputusannya untuk melakukan penyelidikan atas kematian Zara Qairina setelah meninjau laporan investigasi yang diajukan oleh Kepolisian Kerajaan Malaysia (PDRM).