Peresmian Puhua School sebagai SPAB, Jumat, 25 Juli 2025. Dokumentasi/ istimewa
Banyumas: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Jawa Tengah, mendorong sekolah untuk menjadi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Pasalnya di Banyumas baru ada satu sekolah yang masuk kriteria SPAB yakni Sekolah Tiga Bahasa Putera Harapan atau Puhua School Purwokerto
Kepala Pelaksana BPBD Banyumas, Budi Nugroho, menyatakan Banyumas memiliki potensi bencana yang cukup tinggi, terutama cuaca ekstrem dan gempa bumi. Oleh karena itu, mitigasi di sektor pendidikan menjadi langkah penting.
“Puhua School telah memenuhi syarat sebagai satuan pendidikan aman bencana. Kami berharap sekolah-sekolah lain dapat mereplikasi praktik baik yang telah dilakukan Puhua. Saat ini ada 40 sekolah yang sudah menjalin kerja sama dengan BPBD terkait program SPAB,” kata Budi usai peresmian Puhua School sebagai SPAB, Jumat, 25 Juli 2025.
Menurutnya penetapan merupakan hasil dari proses panjang sejak Juni 2025, mencakup observasi teknis, Focus Group Discussion (FGD) multipihak, analisis risiko bencana berbasis INARISK (Indonesia Risk Assessment) BNPB, pembentukan Tim Siaga Bencana, hingga pelaksanaan simulasi gempa dan edukasi mitigasi bagi seluruh warga sekolah, termasuk siswa tingkat KBTK.
“Ini momentum penting. SPAB bukan hanya soal bangunan yang tahan bencana, tetapi tentang membangun kesadaran, kemampuan, dan kesiapsiagaan seluruh komunitas sekolah menghadapi potensi bencana,” jelas Budi.
Ketua Yayasan Putera Harapan Banyumas, Yudi Sutanto, mengapresiasi pendampingan BPBD dalam membangun budaya sadar bencana di lingkungan pendidikan. Menurutnya, program ini telah meningkatkan kualitas pembelajaran yang aman dan nyaman.
“Membangun budaya aman bencana adalah investasi pendidikan berkelanjutan. Ini bukan hanya perlindungan fisik, tetapi juga pembentukan karakter tangguh dan empati bagi generasi mendatang,” ungkap Yudi.
Sebagai tindak lanjut, Puhua School akan melaksanakan monitoring dan evaluasi tahunan, serta pelatihan dan simulasi kebencanaan secara rutin. Pengembangan materi intrakurikuler dan ekstrakurikuler berbasis pengurangan risiko bencana (PRB) juga dilakukan dengan melibatkan tiga kepala sekolah di tiga unit pendidikan, yaitu KBTK, SD, dan SMP-SMA.