Ashwin Sasongko Sastrosubroto (kiri) dalam diskusi Digital Transformation in the Midst of Complex and Dynamic of Global Situation di Jakarta, Selasa, 24 September 2024. (Medcom.id)
Medcom • 25 September 2024 07:51
Jakarta: Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Anggota Dewan TIK Nasional Indonesia - TBC, Ashwin Sasongko Sastrosubroto, menyoroti pentingnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pengembangan infrastruktur Indonesia.
“Jadi teknologi ini tidak hanya mencakup perangkat keras seperti ponsel dan Wi-Fi, tetapi juga pengembangan konten dan aplikasi lokal,” ucap Ashwin dalam diskusi ‘Digital Transformation in the Midst of Complex and Dynamic of Global Situation' di Jakarta, Selasa, 24 September 2024.
Infrastruktur Telekomunikasi
Ponsel yang kita gunakan saat ini, kata Ashwin, sebagian besar merupakan produk impor, begitu juga dengan Wi-Fi. Ini menunjukkan bahwa di sektor telekomunikasi, Indonesia masih sangat bergantung pada produk luar negeri.
Meski begitu, ada potensi besar bagi Indonesia untuk mengembangkan produk lokal. Salah satu langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan memfokuskan pengembangan pada konten lokal di berbagai produk telekomunikasi, terutama yang berhubungan dengan internet.
Internet dan Penyedia Layanan
Di Indonesia, internet dioperasikan oleh berbagai penyedia layanan internet (ISP), yang membutuhkan banyak perangkat dan teknologi untuk mendukung operasionalnya.
Saat ini, Indonesia terhubung dengan Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN) yang berbasis di Amerika Serikat. Kerja sama dengan berbagai negara sangat dibutuhkan untuk mengembangkan konten dan teknologi, mengingat Indonesia masih banyak mengimpor perangkat yang diperlukan.
"Infrastruktur internet terdiri dari penyedia layanan dan titik akses jaringan, yang memungkinkan kita untuk terhubung ke internet. Di Indonesia, internet diatur oleh satu perusahaan, yaitu ICANN (Internet Corporation for Assigned Names and Numbers), yang berlokasi di Los Angeles, Amerika Serikat, dan kita terhubung ke internet melalui mereka," tutur Ashwin.
Pengembangan Aplikasi dan SDM
Indonesia masih mengandalkan aplikasi dan perangkat lunak dari luar negeri. Contoh yang diangkat adalah sistem pembelajaran di Universitas Indonesia, yang masih menggunakan MMS (Multimedia Messaging System) yang dikustomisasi dari teknologi Google.
Ini menunjukkan tantangan dalam mengembangkan aplikasi sendiri secara independen. Untuk itu, Indonesia membutuhkan lebih banyak sumber daya manusia (SDM) yang terampil, dana, dan teknologi.
Selain aplikasi, konten juga menjadi tantangan besar. Setiap hari, Indonesia menghasilkan banyak konten melalui podcast, televisi, berita, dan platform media sosial seperti Instagram.
“Tentu saja konten. Di Indonesia itu kontennya banyak banget. Bisa lihat podcast, TV, berita, wawancara, segala macam di Instagram, atau lainnya,” ungkap Ashwin.
Namun, untuk mengembangkan teknologi lokal dan konten yang lebih baik, diperlukan lebih banyak SDM yang siap menghadapi tantangan ini.
Jaringan Antar Pemerintah (Intranet)
Ada rencana membangun jaringan antar pemerintah yang terpisah dari internet global, yang disebut sebagai intranet pemerintah.
Jaringan ini akan berfungsi seperti PABX (Private Automatic Branch Exchange) yang digunakan di hotel-hotel, di mana telepon antar kamar tidak memerlukan jaringan telepon eksternal. Proyek ini masih dalam tahap pengembangan dan membutuhkan SDM serta kerja sama internasional untuk memastikan bahwa jaringan ini aman dan efisien.
Untuk memajukan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia, kerja sama dengan negara lain sangat penting. Baik dalam hal pengembangan perangkat keras, perangkat lunak, maupun sumber daya manusia, Indonesia masih memiliki banyak ruang untuk berkembang.
Tantangan besar ini memerlukan kolaborasi dan dukungan dari berbagai pihak agar Indonesia bisa lebih mandiri dalam hal teknologi dan mampu bersaing di kancah global. (Nithana Septianingsih)
Baca juga: Indonesia Belum Merdeka secara Digital