Pro-Kontra Pernyataan Megawati Soal Anggaran Makan Bergizi Gratis, Warganet Beri Tanggapan Beragam

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Foto: Tangkapan layar.

Pro-Kontra Pernyataan Megawati Soal Anggaran Makan Bergizi Gratis, Warganet Beri Tanggapan Beragam

M Rodhi Aulia • 13 December 2024 07:49

Jakarta: Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, menuai sorotan usai menyinggung anggaran program Makan Bergizi Gratis (MBG). Megawati mengkritisi angka Rp10.000 per porsi yang menjadi patokan program tersebut. 

Ia menyarankan Presiden Prabowo Subianto untuk meninjau ulang anggaran itu, mengingat kenaikan harga bahan pokok saat ini.

“Kuhitung Rp10.000 toh apa yo, apalagi sekarang harga naik. Mas Bowo (Prabowo), kalau dengar ini, tolong deh suruh dihitung lagi,” ujar Megawati dalam pidatonya pada peluncuran dan diskusi buku “Pilpres 2024: Antara Hukum, Etika, dan Pertimbangan Psikologis,” Kamis 12 Desember 2024.

Namun, pernyataan tersebut memancing perdebatan luas di media sosial, termasuk di Instagram. Warganet memberikan beragam pandangan, mulai dari kritik pedas hingga dukungan terhadap kritik Megawati.

Baca juga: Megawati Soroti Anggaran Makan Bergizi Gratis Rp10 Ribu per Porsi


Sebagian warganet mengkritik Megawati dengan mengingat kebijakan kontroversial di masa pemerintahannya. Saat itu Megawati dinilai tidak memberikan solusi yang bijak.

“Dulu minyak mahal juga rakyat disuruh makan rebusan ama mbah, lucuuu,” tulis akun @mar********* .

Komentar senada juga datang dari akun @zar******. Ia menyindir langkah Megawati yang menjual Indosat ke Singapura.  

"Minimal ga jual Indosat," tulis akun tersebut.

Namun, ada juga warganet yang memberikan perspektif netral dan mencoba memahami konteks kritik Megawati.

“Saya bukan fans Bu Mega juga Pak Wowo, jadi netral mawon. Rp10.000 tergantung di mana dulu daerahnya. Kalau di Jawa masih dapat nasi Padang plus ayam, tapi beda cerita kalau di luar Jawa yang notabene apa-apa serba mahal,” tulis akun @sek**********.

Beberapa warganet juga mendukung kritik Megawati dengan memberikan masukan terkait peningkatan anggaran.

“Saya setuju dengan ibunda ini. Mungkin tambahkan Rp1.000 atau Rp2.000 karena itu berharga buat para yang masak. Terus, ibunda pasti dukung makan gratis, kali doi lebih positif,” kata @boo*********.

Ada pula yang menjelaskan bahwa anggaran Rp10.000 masih memungkinkan jika program dikelola dengan baik dan berbasis pembelian grosir. Manajemen yang baik menjadi kunci.

“Masih cukup, Bu. Per anak Rp10 ribu kan bikinnya banyak, jadi beli bahannya harga grosir. Nasi, ayam/telur, sayur masih dapat, Bu,” ujar @kenni*********.

“Padahal banyak masakan Padang paket 10 rebu,, ini belum move on di tinggal Jokowi,” tulis @boi******.

Perspektif Hemat Anggaran

Beberapa komentar warganet menyoroti efisiensi anggaran jika program ini dilakukan secara massal. Harga per-porsi program MBG tidak bisa disamakan dengan porsi yang dijual secara komersil.

“Kalau itu program massal pasti bisa. Jangan samakan dengan harga warung. Kayak kita ngadain hajatan 200 undangan, kalau makannya beli di warung Padang pasti boros. Tapi kalau belanja bahan-bahannya lalu bayar tukang masak, pasti lebih hemat,” tulis akun @il.neh******.

Komentar lain juga mengapresiasi bahwa dengan manajemen yang baik, program ini bisa tetap berjalan dengan kualitas yang terjaga.

“Telor bisa, Bu, semua tergantung manajemen aja. Dikasih (lauk) bebek pun bisa kok,” ungkap @siti_mahm*********.

Di sisi lain Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menjelaskan bahwa angka Rp10.000 merupakan rata-rata nasional berdasarkan uji coba di berbagai daerah.

“Jangan salah paham. Angka itu rata-rata dari uji coba di Jawa. Di tempat yang lebih mahal, pasti lebih dari itu. Ada juga daerah yang lebih murah, nanti akan ada prosubsidi,” kata Dadan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Rodhi Aulia)