Ilustrasi. Foto: dok MI.
Husen Miftahudin • 27 November 2023 08:37
Jakarta: Dengan investor yang tengah menunggu kapan suku bunga global akan mulai turun, data inflasi yang akan terbit minggu ini akan menjadi fokus pasar.
Sementara, OPEC+ bertemu untuk membahas pemangkasan produksi minyak dan data dari Tiongkok akan memberikan wawasan baru mengenai prospek ekonomi negara dengan perekonomian nomor dua di dunia ini.
Dikutip dari Investing.com, Senin, 27 November 2023, berikut lima sorotan para pelaku pasar keuangan pada pekan ini.
1. Data inflasi AS
Menyusul angka inflasi harga konsumen (CPI) yang tidak berubah di Oktober 2023, pasar akan berharap laporan inflasi AS pada Kamis akan mendukung kasus untuk mengakhiri kenaikan suku bunga Federal Reserve.
Pengukur inflasi Fed, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), diperkirakan akan naik 0,1 persen pada November 2023. Indeks PCE naik 0,4 persen di September 2023, menyamai peningkatan di Agustus 2023.
Angka inti, yang menghilangkan biaya makanan dan bahan bakar dan dianggap sebagai pengukur yang lebih baik dari inflasi yang mendasarinya, diperkirakan telah meningkat 3,5 persen secara tahunan.
Data ekonomi lainnya yang akan terbit selama minggu ini termasuk indeks kepercayaan konsumen untuk November 2023 pada Selasa - angka Oktober 2023 menunjukkan penurunan bulanan ketiga secara berturut-turut.
Juga akan ada revisi pertama dari PDB kuartal ketiga, data new home sales untuk Oktober 2023, laporan mingguan jobless claims, dan Fed's Beige Book dari Fed.
2. Potensi reli pasar saham
Tanda-tanda reli pasar saham AS berlanjut dari Magnificent Seven yang terdiri dari perusahaan-perusahaan teknologi market cap besar yang tumbuh dan meningkatkan harapan investor akan rally hingga akhir tahun.
Grup saham Magnificent Seven terdiri dari Apple (NASDAQ:AAPL), Microsoft (NASDAQ:MSFT), Alphabet (NASDAQ:GOOGL), Amazon (NASDAQ:AMZN), Nvidia (NASDAQ:NVDA), Meta (NASDAQ:META), dan Tesla (NASDAQ:TSLA) dan secara kolektif memiliki bobot 28 persen di indeks S&P 500. Saham tersebut membentuk hampir 50 persen dari bobot Nasdaq 100, yang naik hampir 47 persen untuk tahun ini.
Ekuitas telah meningkat tajam, dengan S&P 500 naik sekitar 10 persen selama tiga minggu terakhir, didorong oleh turunnya Treasury yields dan melandainya angka inflasi yang dapat menandakan berakhirnya kenaikan suku bunga Federal Reserve.
Investor akan mendapatkan data lanjutan inflasi dan kepercayaan konsumen selama minggu ini, tetapi data yang lebih kuat dari perkiraan dapat memacu aksi jual Treasury, sehingga membuat yields lebih tinggi.
3. Pertemuan OPEC+
Harga minyak turun pada Jumat, tetapi harga mencatat peningkatan minggu pertama dalam lebih dari sebulan menjelang pertemuan pekan ini untuk memutuskan pengurangan produksi pada 2024.
Minyak Brent turun 1,4 persen menjadi USD80,23 per barel, sementara minyak WTI turun 2,5 persen dari penutupan Rabu menjadi USD75,17. Tidak ada settlement untuk WTI pada Kamis karena libur Thanksgiving AS.
Penguatan minggu lalu terjadi ketika OPEC+ mempersiapkan pertemuan pada Kamis yang akan membahas pemangkasan produksi dalam agenda utama setelah penurunan harga minyak baru-baru ini akibat kekhawatiran permintaan dan meningkatnya pasokan, terutama dari produsen non-OPEC.
Grup OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, mengejutkan pasar pada Rabu lalu dengan menunda pertemuan 26 November yang dijadwalkan mundur hingga 30 November setelah produsen berusaha untuk mencapai konsensus mengenai tingkat produksi.
Baca juga: Inflasi AS Melandai, Harga Tingkat Konsumen & Grosir Melambat
4. Inflasi Zona Euro
Zona Euro akan mempublikasikan data inflasi pada Kamis yang diperkirakan akan menunjukkan tekanan harga akan kembali menurun di November 2023.
Inflasi harga konsumen diperkirakan akan meningkat secara tahunan sebesar 2,8 persen sedikit menurun dari 2,9 persen pada bulan sebelumnya. Inflasi yang mendasari diperkirakan akan melambat ke 3,9 persen.
Namun, meskipun ada indikasi inflasi mendingin, Presiden European Central Bank Christine Lagarde telah memperingatkan biaya pinjaman akan tetap terbatas untuk waktu yang lebih lama.
Kamis lalu, notulen rapat kebijakan terakhir ECB mengindikasikan bahwa para pejabat setuju bahwa mereka harus siap untuk menaikkan suku bunga jika diperlukan. Inflasi diprediksi baru akan kembali ke target ECB sebesar dua persen pada paruh kedua 2025.
5. Outlook Tiongkok
Tiongkok akan merilis purchasing manager index (PMI) resmi untuk periode November 2023 pada Kamis, dengan investor mencari tanda-tanda pemulihan di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini.
Pada Oktober 2023, data menunjukkan aktivitas pabrik kembali mengalami kontraksi meskipun ada serangkaian langkah-langkah pemerintah yang bertujuan untuk menopang ekonomi yang goyah, yang telah terpukul oleh konsumsi yang lemah dan krisis di sektor properti yang sarat dengan utang di negara ini, yang menyumbang sekitar seperempat dari produk domestik bruto.
Ekonomi Tiongkok tumbuh lebih baik dari perkiraan 4,9 persen di kuartal ketiga, tetapi Beijing masih menghadapi perjuangan berat untuk mencapai target pertumbuhan tahunan sekitar lima persen.