Polisi bersenjata api bersiaga di salah satu sudut kota Port-au-Prince, Haiti, 14 Maret 2024. (AP)
Medcom • 19 March 2024 10:30
Port-au-Prince: Setidaknya sepuluh orang tewas di pinggiran ibu kota Haiti pada Senin kemarin, di tengah meningkatnya ketegangan serta aksi kekerasan di negara tersebut. Selain kematian, muncul juga laporan mengenai penjarahan, pencurian peralatan listrik, dan pemutusan pasokan listrik di Haiti.
Kekacauan ini terjadi di berbagai daerah di Haiti, yang kini dikuasai sekelompok geng bersenjata yang aktif melancarkan aksi mereka.
Dilansir dari AsiaOne pada Selasa, 19 Maret 2024, seorang saksi mata melihat setidaknya sepuluh mayat -- beberapa di antaranya luka tembak -- di pinggiran Port-au-Prince pada Senin pagi.
Kesepuluh jasad itu kemudian dievakuasi dengan ambulans. Pihak berwenang Haiti belum berkomentar seputar kematian tersebut.
Warga Haiti juga melaporkan adanya suara tembakan serta aktivitas penjarahan di daerah sekitar Laboule di hari yang sama. Belakangan, jalanan di sekitar Petion-Ville relatif sepi karena warga khawatir terkena aksi kekerasan.
Sementara itu, operator layanan listrik EDH mengatakan bahwa beberapa stasiun energi mereka telah diserang, dan sejumlah pencurian kabel, baterai, hingga dokumen juga terjadi.
Geng-geng bersenjata memanfaatkan ketidakhadiran Perdana Menteri Haiti Ariel Henry sejak awal Maret ini untuk meningkatkan kekerasan. Mereka telah menyerang berbagai infrastruktur, termasuk kantor polisi dan gedung pemerintahan.
Di bawah tekanan internasional dan terdampar di Puerto Rico, Henry kemudian mengumumkan pengunduran dirinya sembari menunggu penggantinya sepekan lalu. Namun, dewan transisi di Haiti belum juga dibentuk di tengah ketidaksepakatan antar beberapa kelompok di negara tersebut.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan bahwa keanggotaan dewan transisi dapat "segera" disepakati, dan informasi terbaru akan disampaikan pada Senin mendatang.
Para pemimpin kelompok bersenjata di Haiti telah lama berusaha menggulingkan Henry. Mereka telah memperingatkan akan terjadinya "pertempuran" di Haiti, dan mengancam jajaran politisi yang bergabung ke dalam dewan transisi.
Di tengah ketegangan ini, warga Haiti menghadapi kekurangan makanan serta layanan medis yang semakin memburuk.
Akhir pekan kemarin, Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mengatakan bahwa salah satu kontainernya yang berisi "barang-barang penting" untuk ibu, bayi baru lahir, dan perawatan anak dicuri dari pelabuhan utama Haiti.
Kehadiran internasional di Haiti telah menurun seiring meningkatnya ketidakamanan. PBB, kedutaan besar AS dan Kanada, telah menarik stafnya dari negara tersebut bulan ini. (Nabila Ramadhanty Putri Darmadi)
Baca juga: Kekerasan di Negaranya Meningkat, PM Haiti Mengundurkan Diri