Ilustrasi kilang minyak. Foto: Unsplash.
Singapura: Harga minyak dunia merosot karena pemotongan harga tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC, mengimbangi kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Minyak mentah Brent turun sembilan sen atau 0,1 persen menjadi USD78,67 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 10 sen, atau 0,1 persen, menjadi USD73,71 per barel.
Kedua kontrak tersebut naik lebih dari dua persen pada minggu pertama 2024, setelah investor kembali dari liburan untuk fokus pada risiko geopolitik di Timur Tengah menyusul serangan Houthi Yaman terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang berada di Timur Tengah minggu ini, memperingatkan konflik Gaza dapat menyebar ke seluruh wilayah tanpa upaya perdamaian bersama. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah untuk melanjutkan perang sampai Hamas dilenyapkan.
Produksi OPEC naik 70 ribu barel
Mengimbangi tekanan kenaikan harga akibat kekhawatiran geopolitik, produksi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) naik 70 ribu barel per hari (bpd) pada Desember menjadi 27,88 juta barel per hari.
Meningkatnya pasokan dan persaingan dengan produsen saingannya, mendorong Arab Saudi untuk memotong harga jual resmi (OSP) minyak mentah Arab Light andalan mereka ke Asia ke level terendah dalam 27 bulan pada Februari.
"Jika kita hanya fokus pada fundamental termasuk persediaan yang lebih tinggi, produksi OPEC/non-OPEC yang lebih tinggi, dan OSP Saudi yang lebih rendah dari perkiraan, maka tidak akan ada hal lain selain minyak mentah yang bearish,” kata Analis IG Tony Sycamore, dilansir Channel News Asia, Senin, 8 Januari 2024.
"Namun, hal tersebut tidak memperhitungkan fakta ketegangan geopolitik di Timur Tengah tidak dapat disangkal kembali meningkat, yang berarti penurunannya terbatas." jelas dia.
Baker Hughes dalam laporan mingguannya menjelaskan di AS, rig pengeboran minyak naik satu rig dari 501 rig pada minggu lalu,
JPMorgan memperkirakan 26 rig minyak akan ditambahkan tahun ini, sebagian besar di antaranya berada di Permian selama paruh pertama tahun ini.
"Waktu pengeboran sangat penting, karena penambahan rig di awal tahun akan berkontribusi pada pertumbuhan produksi pada semester kedua 2024," kata analis bank tersebut dalam sebuah catatan.
"Meskipun terjadi pertumbuhan produksi minyak mentah dan kondensat sebesar satu juta barel per hari pada 2023, kami memperkirakan pasokan pada 2024 hanya akan meningkat sebesar 400 juta barel per hari karena tingkat aktivitas penyelesaian yang lebih rendah dibandingkan 2023," tegas dia.