Ilustrasi. Foto: MI
Annisa Ayu Artanti • 10 January 2024 18:56
Jakarta: DBS Macro Research memproyeksikan 2024 akan lebih baik bagi pertumbuhan ASEAN-6.
ASEAN-6 adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada enam negara anggota pendiri Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Senior Economist DBS Bank Radhika Rao mengatakan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil tahunan akan pulih di 2024 menjadi 4,7 persen atau naik 50 bps setelah melambat pada 2023 ke 4,2 persen.
"Pertumbuhan itu didorong oleh ekonomi yang berorientasi pada perdagangan," kata Radhika dalam siaran pers, Rabu, 10 Januari 2024.
Ekspor dari ASEAN-6, terutama elektronik, diperkirakan akan mengalami pemulihan pada 2024, setelah tahun penuh tantangan pada 2023.
Secara bersamaan, DBS Macro Research juga memperkirakan pemulihan perjalanan internasional dan pariwisata terus berlanjut pada 2024, tetapi lebih moderat.
Inflasi terkendali dan sesuai target
Di sisi lain, dia melanjutkan, inflasi di ASEAN-6 mengalami penurunan sepanjang 2023.
"DBS Macro Research melihat inflasi umum akan terkendali dan berada dalam target untuk negara yang menetapkan sasaran inflasi tertentu, tetapi dengan kecenderungan beragam pada 2024," jelas dia.
Makanan dan bahan bakar, kata dia, akan menyumbang setidak-tidaknya 50 hingga 60 persen ke keranjang inflasi harga konsumen (dengan makanan sebesar 20-40 persen), akan menjadi kunci bagi dinamika inflasi regional.
"Koreksi harga pangan dan energi global kemungkinan meredam tekanan inflasi, misalnya, di Indonesia, Filipina, dan Singapura, kecuali jika terjadi guncangan dari sisi penawaran tak terduga terhadap harga komoditas global," tutur dia.
Meski begitu, dia mengakui, guncangan dari luar memerlukan perhatian selama ketidakpastian geopolitik dan gangguan cuaca.
"Biaya peti kemas dan pengangkutan laut meningkat dalam dua minggu terakhir karena operator berhati-hati dalam melintasi Laut Merah," sebut dia.
Selanjutnya, Radhika menambahkan, kenaikan harga bahan apa pun yang dibebankan ke harga komoditas akan berdampak pada komponen makanan dan bahan bakar.
"Fenomena El Nino dan pembatasan pasokan makanan oleh negara produsen utama membuat harga biji-bijian (terutama beras) dan sereal terus meningkat sehingga mengganggu daya beli," ujar dia.