Kawasan sekeliling Sesar Lembang yang padat penduduk dengan segala aktifitasnya. MI/Depi Gunawan
Bandung: Berdasarkan data dari BMKG, Kota Bandung, Jawa Barat (Jabar), merupakan wilayah yang memiliki potensi bencana cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi kondisi geologi yang rawan akan bencana.
Salah satu potensi bencana yang mengintai yakni adanya Sesar Lembang. Sesar aktif ini sewaktu-waktu berpotensi menimbulkan gempa yang cukup merusak dan menelan korban jiwa.
Koordinator Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Kota Bandung, Virga Librian, mengatakan, literasi kebencanaan kepada masyarakat harus terus ditingkatkan dan terus dilakukan secara berkelanjutan, guna meminimalkan risiko bencana seperti gempa bumi. Selain itu, diharapkan seluruh pihak melaksanakan kesiap siagaan dengan melakukan mitigasi bencana struktural dan nonstruktural.
"Mitigasi struktural di antaranya membangun bangunan tahan gempa, terutama bangunan vital sekolah, rumah sakit yang mampu menahan guncangan gempa. Selain itu, penyediaan, penambahan dan perbaikan jalur-jalur evakuasi, menjadi salah satu langkah tepat untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk," jelasnya, Rabu, 9 Mei 2024.
Tak hanya itu, lanjut Virga, upaya mitigasi nonstruktural. Salah satunya melakukan diskusi literasi kebencanaan untuk mengantisipasi potensi risiko dan langkah antisipasinya. Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, juga perlu mengeluarkan perda atau peraturan terkait tata ruang wilayah. Agar pada saat kejadian bencana, lebih tertata dengan baik.
"Dari hasil riset, potensi sesar Lembang magnitudo 6,5-7 dan merupakan gempa besar berdasarkan beberapa parameter. Berdasarkan potensi tersebut, BMKG sudah membuat peta skenario guncangan, hasilnya wilayah Bandung Raya berdampak 5-8 MMI," terangnya.
Menurut Virga, berdasarkan skenario hampir seluruh Jabar, Banten, dan Jakarta akan terdampak (sesar Lembang). Bandung Raya terdampak 5-8 MMI seperti KBB, Kota Bandung, Subang, Purwakarta, yang terdampak signifikan dan merusak. Perlu diketahui untuk saat ini, BMKG telah memiliki alat seismometer dan seismograf sebanyak 31 sensor di seluruh Jabar, yang berfungsi untuk memantau aktivitas sesar Lembang dan juga menambah 6 sensor lokal.
Peneliti Muda Pusat Riset Kebencanaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Edi Hidayat, menambahkan, literasi kebencanaan masyarakat harus diperkuat. Terlebih di era disrupsi informasi seperti sekarang ini banyak sekali disinformasi maupun berita bohong yang beredar di tengah masyarakat dan menimbulkan keresahan juga kepanikan. Maka dari itu, membangun literasi kebencanaan yang kuat
membutuhkan sinergi dan kerja sama pentaheliks. Yaitu pelibatan pemerintah, pakar atau akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media massa.
"Memang Sesar Lembang itu aktif. Tetapi yang harus diwaspadai, bagaimana kita tahu informasi yang benar. Karena di media sosial itu sering kita melihat membaca. Masyarakat harus mencari informasi dan sumber yang jelas terkait dengan potensi Sesar Lembang itu sehingga tidak gampang terkecoh berita tidak benar," bebernya.
Edi melanjutkan, setelah mencari informasi yang benar, lakukan hal antisipasi dari yang hal terkecil dan lingkungan terdekat seperti rumah dan lingkungan RT. Kalau di tempat seperti perkantoran apakah sudah safety atau alat-alat yang ditempel di dinding misalnya. Atau menyiapkan tas saat darurat berisi obat-obatan dan barang berharga lainnya.