Email Diretas, Tim Kampanye Donald Trump Salahkan Iran

Eks presiden Amerika Serikat Donald Trump. (EPA)

Email Diretas, Tim Kampanye Donald Trump Salahkan Iran

Willy Haryono • 11 August 2024 17:53

Teheran: Tim kampanye calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Donald Trump mengatakan pada hari Sabtu bahwa beberapa komunikasi internalnya telah diretas, Iran dituduh sebagai pelakunya. Tim kampanye Trump tidak memberikan bukti langsung atas tuduhan tersebut.

Pernyataan tim kampanye tersebut muncul tak lama setelah website berita Politico mengungkapkan bahwa mereka mulai menerima email pada bulan Juli dari sumber anonim yang menawarkan dokumen asli dari dalam operasi Trump, termasuk laporan tentang "potensi kerentanan" calon wakil presiden JD Vance.

"Dokumen-dokumen ini diperoleh secara ilegal dari sumber asing yang memusuhi AS, yang dimaksudkan untuk mengganggu pemilihan umum 2024 dan menabur kekacauan di seluruh proses demokrasi kita," kata juru bicara tim kampanye Trump Steven Cheung, melansir dari laman India Today, Minggu, 11 Agustus 2024.

Reuters belum memverifikasi secara independen identitas para peretas yang diduga atau motivasi mereka.

Tim kampanye Trump merujuk pada laporan hari Jumat dari para peneliti Microsoft yang mengatakan bahwa peretas yang terkait dengan pemerintah Iran mencoba membobol akun seorang "pejabat tinggi" pada tim kampanye presiden AS di bulan Juni.

Para peretas telah mengambil alih akun milik mantan penasihat politik dan kemudian menggunakannya untuk menargetkan pejabat tersebut, kata laporan itu. Laporan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang identitas target. Seorang juru bicara Microsoft menolak menyebutkan nama pejabat yang menjadi target atau memberikan rincian tambahan setelah laporan itu diterbitkan.

Kementerian Luar Negeri Iran dan perwakilannya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak segera menanggapi permintaan komentar. Pada hari Jumat, sebagai tanggapan atas temuan Microsoft, misi Iran untuk PBB di New York mengatakan kepada Reuters bahwa kemampuan sibernya "bersifat defensif dan proporsional dengan ancaman yang dihadapinya" dan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk meluncurkan serangan siber.

"Pemilihan presiden AS adalah masalah internal di mana Iran tidak ikut campur," kata misi Iran untuk PBB.

Trump memiliki hubungan yang tegang dengan Iran saat menjabat sebagai presiden. Di bawah Trump, AS membunuh komandan militer Iran Qassem Soleimani pada 2020 dan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran.

“Warga Iran tahu bahwa Presiden Trump akan menghentikan teror mereka seperti yang telah dilakukannya selama empat tahun pertamanya di Gedung Putih," kata Cheung.

Trump selamat dari percobaan pembunuhan pada bulan Juli. Meski tidak ada dugaan bahwa tersangka terkait dengan Iran, CNN melaporkan bulan lalu bahwa AS memiliki informasi intelijen tentang rencana Iran terhadap Trump. Iran telah membantah tuduhan tersebut.

Akhir bulan lalu, seorang pejabat intelijen senior mengatakan kepada wartawan dalam sebuah pengarahan bahwa Teheran dan Moskow mempertahankan preferensi presidensial mereka yang sama seperti pada siklus sebelumnya, di mana agen Iran akan mencoba untuk menghancurkan tiket Partai Republik sementara Rusia telah berupaya untuk mencoreng nama baik Partai Demokrat, menurut penilaian komunitas intelijen sebelumnya.

Baca juga:  Survei: Kamala Harris Ungguli Donald Trump di 3 Negara Bagian

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Willy Haryono)