Pendiri FPCI Dino Patti Djalal. Foto: YouTube FPCI
Fajar Nugraha • 17 April 2025 21:13
Jakarta: Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal, menyatakan bahwa semangat Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang lahir di Bandung pada 1955 semakin relevan dalam menghadapi ketidakpastian tatanan dunia multipolar saat ini.
"Semangat Bandung adalah semangat tentang kooperasi, kebutuhan untuk keadilan, saling menghormati, tidak menggunakan kekuasaan, menghormati kedaulatan dan integritas teritorial," ujar Dino dalam forum publik bertajuk “The Asian-African Conference at 70: Non-Alignment, Multi-Alignment, and the Role of Middle Powers”, Kamis 17 April 2025.
Menurutnya, perubahan geopolitik yang cepat dan keretakan dalam kutub-kutub kekuatan dunia menempatkan negara-negara berkembang dalam tiga pilihan: bertindak sendiri, kehilangan arah (strategic drift), atau tampil sebagai kekuatan moral dengan mempertahankan semangat Bandung.
"Kubu paling kuat, AS dan sekutu Barat telah mengalami keretakan. Di tengah kekacauan ini, Global South harus memilih: berjalan sendiri, kehilangan arah, atau bangkit dan menegaskan nilai-nilai Bandung," kata Dino.
Ia menekankan bahwa peran kekuatan menengah (middle powers) akan semakin penting dalam menciptakan ruang baru di tatanan internasional, baik secara regional maupun melalui kerja sama multilateral seperti BRICS.
"Dulu kekuatan tengah itu lemah. Sekarang mereka punya ukuran, bobot, dan ambisi. Ruang terbesar dalam tatanan multipolar akan diciptakan oleh mereka," ujar mantan Wakil Menlu RI itu.
Dino juga mengkritik salah satu prinsip Dasasila Bandung yang dinilainya kurang realistis, yakni larangan keterlibatan dalam pakta pertahanan kolektif.
"Sebagai akademisi, saya harus katakan itu agak tidak realistis. Bahkan Indonesia sendiri suka menekan kawan-kawan," ucap Dino.
Dalam forum yang diselenggarakan FPCI dan Körber-Stiftung itu, Dino menutup paparannya dengan prediksi bahwa Asia Tenggara, khususnya Indonesia akan menjadi kawasan yang semakin strategis bagi masa depan kerja sama Selatan-Selatan.
(Muhammad Reyhansyah)