Dubes Australia untuk AS Kevin Rudd dan PM Anthony Albanese. Foto: AAP
Muhammad Reyhansyah • 22 October 2025 11:23
Washington: Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyatakan dukungannya terhadap Duta Besar Australia untuk Amerika Serikat (AS), Kevin Rudd, setelah Presiden AS Donald Trump secara terbuka mengatakan tidak menyukainya. Albanese menilai pernyataan Trump bersifat ringan dan tidak perlu dibesar-besarkan.
Dalam wawancara dengan jaringan televisi Australia Nine di Washington pada Selasa, 21 Oktober 2025, Albanese mengatakan bahwa Trump sempat menyampaikan kepada Rudd bahwa “semuanya sudah dimaafkan.” Ia menambahkan, “Itu percakapan yang cukup ringan. Kevin sudah mengatakan ‘maaf atas komentar di masa lalu’, lalu mereka melanjutkan pembicaraan.”
Komentar Trump yang memicu perhatian publik disampaikan sehari sebelumnya, ketika seorang jurnalis Australia menyinggung unggahan lama Rudd yang mengkritik Trump di media sosial. Saat diberitahu bahwa Rudd berada di ruangan yang sama, Trump menjawab, “Saya juga tidak menyukai Anda, dan mungkin tidak akan pernah.”
Menanggapi hal itu, Albanese menegaskan bahwa Rudd telah menjalankan tugas diplomatiknya dengan sangat baik, terutama dalam memperkuat dukungan Kongres AS terhadap pakta pertahanan AUKUS serta menyiapkan pertemuan puncak pertama antara Australia dan Trump.
“Kevin Rudd menjalankan tugas yang luar biasa sebagai duta besar,” ujar Albanese kepada para wartawan di Washington, seperti dikutip The Straits Times, Rabu, 22 Oktober 2025.
Namun, oposisi konservatif Australia menyerukan agar Rudd dicopot dari jabatannya menyusul komentar Trump tersebut. Partai Liberal, yang kalah telak dalam pemilu nasional 2025, berpendapat bahwa hubungan diplomatik Australia–AS dapat terganggu jika Rudd tetap menjabat.
Rudd, yang pernah menjabat sebagai perdana menteri dari Partai Buruh, memang dikenal kritis terhadap Trump. Pada 2020, ia menyebut Trump sebagai “presiden paling merusak dalam sejarah,” meskipun kemudian menghapus unggahan tersebut ketika diangkat menjadi duta besar.
Karier politiknya dimulai ketika ia membawa Partai Buruh kembali berkuasa pada 2007 setelah satu dekade oposisi. Fasih berbahasa Mandarin, Rudd dikenal sebagai tokoh progresif yang kemudian digantikan oleh partainya sendiri pada 2010 sebelum kembali menjabat perdana menteri secara singkat pada 2013.
Dalam masa kampanye pemilihan presiden AS 2024, Trump kembali menyinggung Rudd dalam wawancara dengan politisi sayap kanan Inggris Nigel Farage, menyebutnya sebagai “orang yang agak jahat.” Pernyataan itu menambah ketegangan antara kedua tokoh, dan menjadi alasan tambahan bagi kalangan oposisi Australia untuk menuntut penggantian Rudd setelah Trump kembali ke Gedung Putih.
Meski demikian, pemerintahan Albanese menegaskan bahwa hubungan diplomatik kedua negara tetap stabil dan Rudd akan terus menjalankan tugasnya di Washington.