Kapal perang AS berlayar di Laut China Selatan. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 13 July 2025 10:04
Washington: Kementerian Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon mendesak Jepang dan Australia untuk menjelaskan peran mereka jika konflik bersenjata antara AS dan Tiongkok terkait Taiwan meletus di masa mendatang, menurut laporan kantor berita Financial Times (FT) pada Sabtu, 12 Juli 2025.
Elbridge Colby, Wakil Menteri Bidang Kebijakan Pertahanan AS, disebut mendorong diskusi ini dalam pembicaraan terkini dengan pejabat pertahanan Jepang dan Australia, menurut sumber FT yang mengetahui isi pembicaraan tersebut.
Melansir dari AsiaOne, Minggu, 13 Juli 2025, laporan itu menyebutkan bahwa permintaan dari AS mengejutkan Tokyo dan Canberra, mengingat Washington sendiri tidak memiliki komitmen eksplisit atau “blank cheque” untuk secara otomatis membela Taiwan dalam situasi perang.
Melalui pernyataan di platform X, Colby menyatakan bahwa Pentagon saat ini tengah fokus menjalankan agenda "America First" yang berbasis pada logika restorasi deterensi dan pencapaian perdamaian melalui kekuatan. Agenda tersebut, kata Colby, termasuk mendesak sekutu-sekutu AS untuk meningkatkan belanja pertahanan serta kontribusi mereka dalam kerja sama pertahanan kolektif.
Meski tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, AS merupakan pemasok senjata utama bagi pulau tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, Taiwan menghadapi tekanan militer yang terus meningkat dari Tiongkok, termasuk melalui latihan militer berskala besar, seiring upaya Beijing untuk menegaskan klaim kedaulatannya atas Taiwan. Pemerintah Taiwan sendiri menolak klaim tersebut.
Colby pernah menjabat sebagai Wakil Asisten Menteri Pertahanan untuk strategi dan pengembangan kekuatan pada masa jabatan pertama Presiden Donald Trump. Ia dikenal sebagai salah satu arsitek strategi keamanan nasional yang menekankan pentingnya fokus AS beralih dari Timur Tengah dan Eropa ke kawasan Indo-Pasifik, terutama dalam menghadapi persaingan strategis dengan Tiongkok.
Baca juga: Taiwan Simulasikan Invasi Tiongkok dalam Latihan Perang Terbesar dalam Sejarah