Brasil Siap Menjadi Tuan Rumah KTT BRICS di Rio de Janeiro

Jakarta: Brasil akan menjadi tuan rumah KTT para pemimpin BRICS di Rio de Janeiro pada 6 dan 7 Juli 2025.

Menteri Luar Negeri Brasil, Mauro Vieira, mengumumkan hal tersebut pada Sabtu, 15 Februari 2025, setelah bertemu dengan Walikota Rio de Janeiro, Eduardo Paes.

Pengumuman ini datang setelah Brasil mengambil alih kepemimpinan rotasi BRICS pada 1 Januari 2025 dan memimpin kelompok kerja untuk mempersiapkan agenda dan topik untuk KTT. Acara ini akan menghadirkan para kepala negara dan pemerintahan dari negara-negara anggota BRICS.

"Kami akan menyambut para kepala negara dari 20 negara yang menjadi anggota penuh dan mitra BRICS. Kita akan membuat keputusan penting tentang pembangunan, kerja sama, dan meningkatkan kondisi hidup di negara-negara ini. Sekali lagi, Rio de Janeiro akan menjadi panggung untuk pertemuan internasional yang besar," ujar Menteri Vieira, dilansir Xinhua, Senin, 17 Februari 2025.

 

Baca juga: Arogansi Trump ke BRICS, Sebut Dolar Tak Akan Bisa Digantikan

Wali Kota Paes, yang telah membentuk komisi untuk mengawasi penyelenggaraan acara, menyatakan KTT BRICS akan memperkuat hubungan internasional dan mendorong pertukaran budaya, perdagangan, dan pariwisata.

Rio de Janeiro telah terbukti mampu menjadi tuan rumah pertemuan internasional besar, seperti halnya penyelenggaraan KTT para Pemimpin G20 pada November 2024.  Pengalaman ini akan menjadi modal bagi Brasil dalam menyelenggarakan KTT BRICS yang sukses.

BRICS adalah kelompok negara-negara berkembang yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Kelompok ini dibentuk pada 2009 dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan politik antar anggota.

KTT BRICS tahun ini diperkirakan akan menjadi forum penting untuk membahas berbagai isu global, termasuk pertumbuhan ekonomi, perubahan iklim, dan keamanan. Penyelenggaraan KTT BRICS di Rio de Janeiro diharapkan dapat meningkatkan profil Brasil di mata dunia, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi di negara tersebut. (Laura Oktaviani Sibarani)