Harga Emas Pullback setelah Mencapai Level Tertinggi

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Harga Emas Pullback setelah Mencapai Level Tertinggi

Eko Nordiansyah • 15 March 2025 10:09

Chicago: Harga emas mundur setelah mencapai rekor tertinggi, melampaui USD3.000, karena para pedagang tetap tidak pasti tentang kebijakan perdagangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Dilansir FXStreet, Sabtu, 15 Maret 2025, lemahnya Dolar AS mendorong logam berharga tersebut mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di USD3.004 per ons troy sebelum mundur ke USD2.982 setara Rp48,7 juta (kurs Rp16.347 per USD), kehilangan 0,21 persen dalam sehari.

Geopolitik juga mempengaruhi permintaan Emas. Gencatan senjata Ukraina-Rusia berada di persimpangan jalan, dengan yang terakhir tampak enggan untuk mematuhi gencatan senjata 30 hari.

Sementara itu, People's Bank of China (PBoC) meningkatkan cadangan bullionnya untuk bulan keempat berturut-turut pada bulan Februari, menurut World Gold Council (WGC).

Kekhawatiran resesi yang mengelilingi ekonomi Amerika Serikat (AS) membuat Greenback terpuruk, mendorong permintaan untuk logam tanpa imbal hasil tersebut. Ini meningkatkan kemungkinan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan melonggarkan kebijakan sebesar 66 basis poin (bp) pada 2025, turun dari 74 bp sehari sebelumnya.
 

Baca juga: 

Harga Emas Melesat ke Rekor Tertinggi, Bakal Tembus USD3.000?



(Ilustrasi The Fed. Xinhua/Liu Jie)

Menanti kebijakan The Fed

Para pedagang fokus pada keputusan kebijakan Federal Reserve (The Fed) minggu depan. Jumat lalu, Ketua The Fed Jerome Powell mencatat bahwa "ukuran pasar dari ekspektasi inflasi telah meningkat, didorong oleh tarif," menandakan kekhawatiran bahwa kebijakan perdagangan dapat berkontribusi pada tekanan harga yang baru.

Dari segi data, Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan (UoM) mencatat angka yang mengecewakan, sementara ekspektasi inflasi meningkat akibat tarif Presiden Trump.

Minggu depan, jadwal ekonomi AS akan menampilkan data Penjualan Ritel, data perumahan, keputusan kebijakan moneter The Fed, dan proyeksi ekonomi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)