Pemimpin demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi. Foto: EFE-EPA
Fajar Nugraha • 6 February 2025 07:20
Yangon: Junta Myanmar gagal dalam upayanya melelang rumah mewah Aung San Suu Kyi di tepi danau pada Rabu 5 Februari 2025. Tidak ada tawaran yang diajukan untuk rumah mantan pemimpin demokrasi tersebut.
Upaya penjualan ini merupakan ketiga kalinya berujung pada kegagalan.
Rumah dua lantai di Yangon, dengan luas tanah sekitar 0,8 hektar, ditawarkan untuk dijual dengan harga minimum USD140 juta atua sekitar Rp2,2 triliun setelah pertikaian selama puluhan tahun atas properti tersebut antara peraih Nobel tersebut dan saudara laki-lakinya.
Aung San Suu Kyi, yang menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam tahanan rumah di rumah mewah tersebut di bawah mantan junta, telah ditahan sejak militer merebut kekuasaan sekali lagi pada Februari 2021.
Sekitar belasan wartawan, yang diawasi oleh personel keamanan berpakaian sipil, menghadiri penjualan di tepi jalan di luar rumah era kolonial di University Avenue yang rindang, beberapa pintu dari kedutaan AS.
Setelah mengajukan penawaran mulai dari Rp2,2 triliun dan tidak mendapat respons, juru lelang membatalkan penjualan, demikian yang dilihat wartawan AFP di lokasi.
"Saya umumkan lelang tidak berhasil setelah mengajukan penawaran tiga kali," kata juru lelang, seperti dikutip dari AFP, Kamis 6 Februari 2025.
Lelang serupa gagal pada Maret dan Agustus tahun lalu.
Dengan ekonomi Myanmar yang hancur akibat perang saudara yang dipicu kudeta militer, tidak jelas siapa di negara itu yang akan mampu menghabiskan Rp2,2 triliun untuk satu properti yang semakin rusak.
Agen real estat mengatakan properti berukuran serupa di daerah kelas atas Yangon mungkin laku seharga USD1 juta hingga USD2 juta atau sekitar Rp16 miliar hingga Rp32 miliar.
Rumah itu memiliki tempat khusus dalam sejarah Myanmar – Aung San Suu Kyi dikurung di dalam temboknya yang runtuh selama sekitar 15 tahun setelah menjadi terkenal selama demonstrasi besar-besaran terhadap junta militer pada 1988.
Terpisah dari suami dan anak-anaknya di Inggris, Aung San Suu Kyi menghabiskan waktu bermain piano, membaca novel detektif, dan bermeditasi saat statusnya sebagai pemimpin demokrasi tumbuh.
Ratusan orang secara teratur berkumpul di trotoar di luar untuk mendengarnya berbicara tentang demokrasi dan melawan kekuasaan militer melalui non-kekerasan.
Setelah dibebaskan pada tahun 2010, ia tinggal di vila itu, menerima serangkaian pemimpin asing, termasuk presiden AS saat itu Barack Obama, jurnalis, dan diplomat.
Aung San Suu Kyi, 79 tahun, menjalani hukuman penjara 27 tahun atas tuduhan mulai dari korupsi hingga tidak mematuhi pembatasan pandemi covid-19. Ini sebuah tuduhan yang menurut kelompok hak asasi manusia adalah tipuan junta yang dirancang untuk melenyapkannya secara politik.