Banjir di Taiwan yang dipicu oleh Topan Ragasa. Foto: CNA
Muhammad Reyhansyah • 26 September 2025 21:22
Guangfu: Tim penyelamat di Taiwan terus berjuang menembus lumpur tebal pada Jumat, 26 September 2025 untuk mencari 11 orang yang masih hilang setelah Topan Super Ragasa melanda awal pekan ini. Badai tersebut memicu banjir bandang di Kabupaten Hualien, menelan sedikitnya 14 korban jiwa.
Mengutip dari Channel News Asia, Jumat, 26 September 2025, banjir besar terjadi pada Selasa ketika sebuah danau penghalang di pegunungan meluap, membawa lumpur pekat yang menerjang kota kecil Guangfu. Meski air telah surut, lumpur berwarna abu-abu gelap masih menyelimuti sebagian besar wilayah, menyulitkan warga maupun tim penyelamat.
Petugas kadang harus berjalan di lumpur setinggi pinggang dan bahkan memotong atap rumah untuk memeriksa kemungkinan adanya korban.
Seorang warga bernama Hwang mengaku masih mencari jenazah kakak perempuannya. “Dia meninggal di dalam rumah karena seluruh bangunan dipenuhi lumpur dan tidak ada cara untuk menyelamatkannya,” katanya.
Banyak korban tewas ditemukan di lantai dasar rumah, terutama para lansia yang tak sempat mengikuti instruksi pemerintah untuk segera naik ke lantai atas.
Sementara itu, Huang Ju-hsing (88) terjebak di lantai dua rumahnya setelah akses ke toko kelontong milik keluarga di lantai bawah tertutup lumpur. “Tidak ada waktu untuk melarikan diri. Kami menyuruhnya segera naik ke atas,” ujar istrinya, Chang Hsueh-mei (78), yang berhasil keluar dengan memanjat reruntuhan.
“Ketika menghadapi keadaan darurat, tiba-tiba kita menemukan keberanian untuk melakukan apa pun,” tambah Chang setelah menembus puing-puing untuk menemui suaminya.
Hualien dikenal sebagai kawasan pegunungan yang indah dan destinasi wisata utama Taiwan. Namun, bencana ini menyoroti bahaya dari danau penghalang yang terbentuk akibat longsor dan kini menyusut hingga hanya tersisa 12 persen dari ukuran sebelumnya.
Pemerintah menolak opsi menggunakan bahan peledak untuk menjebol bendungan alami itu, khawatir langkah tersebut justru memicu longsor baru dan memperburuk keadaan.
Meski menimbulkan kerusakan parah, bencana tersebut tidak memengaruhi industri semikonduktor yang vital bagi Taiwan karena pabrik-pabriknya berada di pesisir barat pulau.