Gubernur Bali Wayan Koster bantah isu wisatawan ke Bali sepi pada periode Nataru, Denpasar, Senin 22/12/2025. (ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari)
Bali Sepi Wisatawan di Libur Akhir Tahun, Ini Penjelasan Gubernur Koster
Whisnu Mardiansyah • 22 December 2025 13:28
Denpasar: Gubernur Bali I Wayan Koster secara tegas membantah isu yang menyebut Bali sepi dari kunjungan wisatawan selama periode Natal dan Tahun Baru 2025/2026 (Nataru). Koster menyatakan data riil justru menunjukkan tren peningkatan yang stabil.
"Bohong, saya punya data, setiap hari totalnya meningkat," tegas Gubernur Koster di Denpasar, Senin, 22 Desember 2025.
Menurut data yang dirilis Gubernur, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) belakangan ini telah menembus angka 20 ribu kedatangan per hari. Angka ini meningkat dibandingkan periode sebelum Nataru yang berkisar di 17 ribu kunjungan per hari.
Secara akumulatif, dari Januari hingga pertengahan Desember 2025, Bali telah menerima 6,7 juta kunjungan wisman. Capaian ini menunjukkan kenaikan sekitar 400 ribu kunjungan dibandingkan periode yang sama tahun 2024, yang mencatat 6,3 juta wisatawan.
“Tempo hari kunjungan naik kira-kira 8 persen, sekarang hitung saja per data, hingga hari ini tahun 2024 6,3 juta sekarang 6,7 juta, naik 400 ribu,” papar Koster.
Menanggapi kesan lenggangnya lalu lintas dan berkurangnya panggilan kerja bagi sopir pariwisata, Pemerintah Provinsi Bali memberikan penjelasan. Cuaca musim hujan disebut sebagai faktor yang memengaruhi pola aktivitas wisatawan.
“Kan sekarang musim hujan, banjir, mungkin orang datang ke Bali tidak untuk jalan-jalan, banyak yang istirahat. Jadi ini datanya riil, baik dari Angkasa Pura maupun dinas pariwisata,” jelas Gubernur Koster.
Ia menegaskan, data dari otoritas bandara dan dinas terkait menunjukkan kondisi pariwisata Bali tetap solid meski tampak sepi di beberapa titik. Isu sepinya wisatawan di periode Nataru juga dianalisis terkait dengan fenomena penggunaan akomodasi berbasis platform digital seperti Airbnb. Gubernur mengakui, maraknya hunian non-hotel ini berdampak pada rendahnya angka okupansi hotel yang tercatat secara resmi, meski jumlah wisatawan sebenarnya meningkat.

Danau Beratan, salah satu destinasi wisata di Bali. (Kemenpar)
“Saya cek hotel terendah 60 persen, The Meru Sanur 80 persen, yang berbintang di Nusa Dua itu 80 persen. Sebenarnya bisa lebih tinggi dari itu, tapi sekarang karena ada Airbnb, banyak rumah kos segala macam difungsikan sebagai penginapan,” ujar Koster.
Ia mengungkapkan, fenomena ini menjadi perhatian serius pemerintah. “Saya sudah mendapat surat dari Menteri Investasi untuk membuat peraturan gubernur terkait Airbnb,” tambahnya.
Pergub tersebut nantinya diharapkan dapat mengatur dan mendata lebih baik penyedia akomodasi non-tradisional, memastikan kontribusinya terhadap perekonomian daerah melalui pembayaran pajak, serta menciptakan level playing field dengan industri perhotelan konvensional.