Ilustrasi Media Indonesia.
Theofilus Ifan Sucipto • 7 September 2023 11:57
Jakarta: Pemerintah didorong mencegah isu negatif. Hal tersebut dibutuhkan untuk menjaga iklim usaha di Indonesia.
Salah satu yang disorot mengenai isu BPA galon isi ulang. Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) meminta pemerintah tegas menyikapi hal ini.
“Pemerintah harus menyikapi masalah ini dengan segera memberikan teguran kepada semua pihak yang dengan sengaja menggiring isu yang sangat meresahkan konsumen ini,” ujar Deswin dalam keterangan yang dikutip Kamis, 7 September 2023.
Dia menyebut isu itu kental dengan motif persaingan usaha. Menurut Deswin, ada pihak yang menggunakan strategi pemasaran yang menunggangi isu tersebut dan mengarah pada persaingan usaha yang tidak sehat.
“Kami menilai isu ini telah mengarah pada manipulasi persaingan yang berdampak pada konsumen dan justru menguntungkan pelaku usaha tertentu,” ujar Deswin.
Menurut Deswin, model kampanye yang digunakan merupakan bagian dari teori permainan tanpa kerja sama. Strategi itu dikenal dalam ekonomi persaingan usaha.
“Melalui strategi ini perhatian konsumen akan diperoleh,” kata dia.
Komisioner KPPU Chandra Setiawan sempat menyinggung isu ini sebagai upaya pelabelan produk air minum yang mengarah pada diskriminasi. Hal tersebut jelas dilarang dalam hukum persaingan usaha.
“Sebabnya, 99,9 persen industri ini menggunakan galon tersebut, hanya satu yang menggunakan galon sekali pakai,” katanya.
Isu mengenai bahaya BPA galon guna ulang ini pertama kali digulirkan pada 2020 oleh lembaga masyarakat yang mengatasnamakan JPKL. Lembaga ini mendesak agar pelabelan BPA dilakukan terhadap kemasan galon guna ulang dengan dalih galon ini tidak baik untuk kesehatan anak-anak.
Sayangnya, tak ada satu bukti yang bisa ditunjukkan lembaga ini terkait bahaya kesehatan yang diakibatkan kemasan galon guna ulang itu. Co-founder Indonesian Antihoax Education Volunteers (REDAXI), Astari Yanuarti, menduga ada penggerakan pihak-pihak dalam isu ini. Termasuk, dugaan motif komersial di balik hal tersebut.
“Penyebaran hoaks itu tidak hanya dilakukan oleh buzzer, tapi semua orang bisa menjadi penyebar hoaks secara sadar maupun tidak. Motifnya beraneka rupa, ada yang karena uang, ideologi, kesehatan, kepedulian, politik, dan emosional,” katanya.