NEWSTICKER

4 Daerah Langganan TPA Sarimukti Diminta Menghemat Kuota Pembuangan Sampah

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung Jawa Barat (Jabar) membuat titik lubang besar guna membuang dan mengubur sampah organik. (MI/Naviandri)

4 Daerah Langganan TPA Sarimukti Diminta Menghemat Kuota Pembuangan Sampah

Media Indonesia • 19 September 2023 19:04

Bandung: Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat meminta empat daerah langganan pembuang sampah ke TPA Sarimukti di Kecamatan Ciputat agar bisa menghemat jatah kuota pengiriman karena semakin menipis.

Sebelumnya, Pemprov Jabar membuka zona darurat untuk kapasitas 23.000 ton di lahan seluas 0,9 hektare yang terbagi untuk Kota Bandung kuota sebanyak 4.000 ritase, Kabupaten Bandung 770 ritase, Kota Cimahi 608 ritase, dan Bandung Barat 455 ritase.

"Saat ini, Kota Bandung masih tersisa 2.832 ritase, Kabupaten Bandung 475 ritase, Kota Cimahi 481 ritase, dan Bandung Barat 408 ritase. Satu ritase 12 meter kubik, saya belum tentu tahu kapan TPA Sarimukti bisa dibuka lagi sehingga tolong sisa ritase ini dihemat," kata Kepala DLH Jabar, Prima Mayaningtyas di Cimahi, Selasa, 19 September 2023.

Agar empat kabupaten/kota itu bisa menghemat membuang sisa sampahnya, ia mengusulkan adanya upaya pengurangan sampah dari hulu dan Pemprov Jabar sudah memberikan instruksi terkait upaya tersebut.

"Pertama dari sisi timbulan dan yang kedua sarana prasarananya yang dia itu berapa kapasitasnya, TPS3R, anorganiknya dan apapun yang dilakukan untuk pengurangan," ujar Prima.

Yang tak kalah penting, lanjutnya, tata kelola sampah di kabupaten/kota tersebut harus benar dan jangan hanya mengandalkan TPA Sarimukti karena sudah keluar instruksi gubernur bahwa sampah organik boleh masuk 50 persen dari timbulan sampah.

Lebih jauh, Prima menyampaikan, dengan kondisi darurat sampah seperti saat ini seharusnya setiap kepala daerah membuat surat edaran kepada setiap rumah tangga untuk mengurangi sampah dan mengolah sampah organik.

"Misalnya untuk organiknya harus habis di tempat, begitu juga kawasan perhotelan, organiknya harus habis, makanya PHRI kerja sama, kemudian organik di pasar harusnya bisa habis, sampah daun harusnya enggak usah masuk ke Sarimukti," tuturnya.

Sementara itu, upaya pemadaman gunungan sampah di TPA Sarimukti hingga saat ini masih terus dilakukan pascakebakaran sebulan lalu. Berdasarkan pemetaan drone pendeteksi panas, masih ditemukan titik api yang menyala di semua zona.

"Antara 5-25 persen apinya masih ada di tiap zona. Untuk pemadamannya sendiri dilakukan mulai dari penyemprotan foam, penggunaan lumpur, dan water bombing," terangnya.

Pihaknya telah melibatkan peneliti ITB dan Badan Geologi untuk mengetahui kandungan gas metan dari tumpukan sampah di TPA Sarimukti yang menjadi salah satu faktor sulitnya api dipadamkan.

"Untuk gas metan itu bervariasi. Kami bahkan sudah memasang metan capture, cuma karena tumpukan sampahnya sudah tinggi dan menumpuk jadi masih ada di situ," jelasnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Metrotvnews.com

(Meilikhah)