Kenaikan Suku Bunga Bikin Inflasi Eropa Melandai Jadi 6,1%

Ilustrasi. Foto: AFP.

Kenaikan Suku Bunga Bikin Inflasi Eropa Melandai Jadi 6,1%

Fetry Wuryasti • 17 June 2023 13:55

Jakarta: Inflasi Eropa turun ke 6,1 persen (yoy) pada Mei 2023 dari 7,0 persen (yoy) di April 20223, dan dibandingkan 8,1 persen (yoy) pada Mei 2022. Ini terjadi di negara-negara Eropa yang menggunakan Euro sebagai mata uangnya.

"Angka inflasi ini sesuai proyeksi yang berada di kisaran enam persen," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Sabtu, 17 Juni 2023.

Sehari sebelum pengumuman inflasi, Bank Sentral Eropa memutuskan kenaikan tingkat suku bunga dari 3,75 persen hingga 4,0 persen menjadi 4,0 persen sampai 4,25 persen.

Gubernur Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengatakan kenaikan 25 bps merupakan pilihan yang harus diambil Eropa, di tengah kondisi inflasi yang masih berada di atas enam persen.

Suku bunga Eropa terus dikerek

Lagarde mengatakan potensi kenaikan tingkat suku bunga Bank Sentral Eropa pada bulan Juli sangat mungkin terjadi. Level tingkat suku bunga Eropa saat ini masih yang tertinggi dalam kurun waktu dua dekade terakhir, dan berpeluang untuk terus naik.

Lagarde mengambil keputusan ini karena Bank Sentral Eropa masih harus dapat mengendalikan inflasi secepatnya. Sebab, inflasi sudah terlalu tinggi untuk waktu yang cukup lama.

Oleh karena itu, ada kemungkinan yang sangat besar bagi tingkat suku bunga Eropa kembali naik pada bulan Juli, meski pelaku pasar dan investor menaruh perhatian pada pertemuan Bank Sentral Eropa pada September.

Lagarde mengatakan, selama tidak ada perubahan yang berdampak terhadap garis dasar yang sudah ditetapkan, maka Bank Sentral Eropa akan tetap terus menaikkan tingkat suku bunga. Ini sejalan dengan proyeksi pelaku pasar dan investor, karena Eropa merupakan tempat dimana invasi terjadi yang menyebabkan krisis energi dan pangan.

Target inflasi dari Bank Sentral Eropa sama seperti The Fed yang berada di dua persen. Namun saat ini posisinya masih berada di kisaran 6,1 persen, atau tiga kali lipat dari target yang ditetapkan. Meski demikian, Bank Sentral Eropa telah memproyeksikan bahwa inflasi akan melambat menjadi 2,2 persen pada 2025.

"Namun pasar mengkhawatirkan terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di Eropa. Ini terlihat pada hampir 20 negara di antaranya mulai mengalami perlambatan ekonomi. Ini mendorong prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi kian tidak pasti," kata Nico.

Program pembelian aset kelar Juli

Terkait dengan Program Pembelian Aset senilai 3,2 triliun euro atau setara USD3,5 triliun, Lagarde sudah mengkonfirmasi program tersebut akan berhenti mulai Juli.

Sejauh ini, hampir sebagian besar bank sentral mulai membatasi kenaikan tingkat suku bunga, The Fed salah satunya. Australia dan Kanada, secara tidak terduga masih menaikkan tingkat suku bunga.

"Oleh karena itu, besar harapan pasar agar Bank Sentral Eropa juga secepatnya menaikkan tingkat suku bunga agar inflasi terkendali, meski ada harga yang harus dibayar yaitu pertumbuhan ekonomi," kata Nico.

Situasi dan kondisi Bank Sentral Eropa berbeda dengan bank sentral lain. Di Eropa masih terjadi perang antara Rusia dengan Ukraina yang membuat pasokan kian sulit, sehingga inflasi kian lebih sulit dikendalikan.

Saat ini, pelaku pasar dan investor akan fokus terhadap level inflasi Eropa. Sejauh ini pasar juga masih cukup khawatir dengan kenaikan tingkat suku bunga karena akan berdampak cukup besar bagi perusahaan dan rumah tangga di Eropa.

Tingkat suku bunga akan menjadi salah satu perhatian pelaku pasar dan investor, sekuat apa perekonomian Eropa dalam menahan kenaikan tingkat suku bunga, sementara inflasi masih belum berhasil dikendalikan.

"Kami berharap, selain kebijakan moneter, bauran kebijakan fiskal juga menjadi salah satu variabel penting dalam mengendalikan inflasi," kata Nico.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)